Jumat, 12 Agustus 2016
Berawal Dari Berenang Sampe Ngentot
Namaku Andi. Usiaku 40 tahun, menikah dan memiliki seorang anak. Karir pekerjaanku sangat baik dan saat ini memimpin sebuah perusahaan yang respected di Indonesia. Aku mulai kisah tentang sisi gelapku dengan menceritakan bahwa aku dan istriku (Yeni) adalah pasangan gila seks yang menjalani kehidupan seks liar. Aku berani menceritakan hal ini dengan persetujuan istriku. Istriku juga seorang eksekutif yang berhasil di perusahaannya. Kami berpendidikan tinggi, namun ternyata pendidikan tinggi bukanlah penghambat bagi keliaran kami dalam dunia seks.
Kami menikah lebih dari 10 tahun. Pernikahan kami lancar dan secara umum tidak ada masalah. Aku memang tipe pria yang suka bertualang dalam hal seks. Secara terbuka aku mengakui bahwa aku sering melakukan hubungan seks dengan wanita lain. Sekretaris, rekan kerja, klien, terapis spa, wanita panggilan, pramugari, bahkan tetanggaku! Aku aktif secara seksual, dalam pengertian melakukan hubungan seks, sejak umur 12 tahun. Dalam kesempatan lain, aku akan menceritakannya. Petualangan seks ini sudah dimulai jauh sebelum bertemu dengan Yeni dan jauh sebelum menikah. Namun rahasia ini selalu tersimpan dengan rapi dan terbungkus rapat. Bahkan dalam masa pacaran pun, aku tidak melakukan hubungan seksual dengan Yeni; walaupun aku tetap aktif melakukan hubungan seks dengan wanita lain, termasuk teman-teman Yeni.
Kami baru melakukan hubungan seksual pada malam pertama pernikahan kami. Semua lancar. Pada malam ini pertamapun, istriku sudah berhasil mencapai orgasme. Suatu hal yang jarang terjadi pada pengantin baru. Mungkin banyak orang yang akan menyangka bahwa hal ini karena aku sudah lebih dahulu memiliki segudang pengalaman seksual. Namun saya yakin, bahwa hal itu tidak berarti banyak jika istriku tidak dapat mengimbanginya. Yeni bukanlah tipe wanita yang malu-malu dalam seks. Dia sangat mudah terangsang. Ketika melakukan foreplay, dapat dipastikan dalam waktu kurang 5 menit, dia pasti sudah terangsang hebat. Kebetulan Yeni adalah tipe wanita yang memiliki vagina yang basah. Cairan vagina yang muncul ketika terangsang sangatlah banyak, hingga pada kondisi tertentu dapat sampai mengalir hingga ke paha. Karena itu, sangatlah mudah bagiku untuk melihat apakah dia sudah terangsang atau belum. Kami sama sekali tidak membutuhkan pelumas vagina. Ketika melakukan senggamapun, dia termasuk wanita yang cepat mencapai orgasme. Dalam waktu 5 menit setelah penetrasi, pada umumnya dia akan mencapai puncak yang pertama. Biasanya dalam satu kali senggama selama 20-30 menit, dia berhasil mencapai multi orgasme - 2 sampai tiga kali. Dia juga tipe wanita yang ekpresif, termasuk dalam mengekspresikan orgasmenya.
Kehidupan seks dengan istriku sebenarnya selalu berjalan lancar. Namun memasuki usia pernikahan kelima, frekuensi hubungan seksual kami berkurang hingga pada suatu saat aku tersadar bahwa kami hanya berhubungan seks satu kali dalam sebulan. Yeni tidak pernah mengeluh apalagi complaint. Mungkin itu juga sebabnya aku tidak menyadari menurunnya frekuensi tersebut. Hal ini bukanlah disebabkan karena kesibukanku atau kesibukkannya bekerja. Sama sekali bukan, karena pada saat ini aku justru hampir tiap hari melakukan hubungan seks dengan wanita lain.
Entah dari mana, aku tiba-tiba tersadar bahwa hal ini tidaklah wajar. Akan wajar bagiku jika aku ‘bermain’ dengan istriku setiap hari namun sekali-sekali ‘jajan’ di luar dan bukan aku rajin ‘bermain’ dengan wanita lain dan sekali-kali ‘jajan’ dengan istriku. Untuk itu aku kemudian mengatur sebuah liburan ke Bali yang aku katakan sebagai bulan madu kedua. Aku mempersiapkan semuanya; mulai akomodasi sampai hal-hal yang aku bayangkan dapat memicu gairah seksual kami dengan lebih dahsyat. Aku belikan sebuah bikini minim buat Yeni, lebih minim dari g-string sehingga sebenarnya hampir tidak ada fungsi penutup. Terlebih lagi bagi Yeni yang memiliki payudara yang cukup besar dan rambut kemaluan yang lebat, bahkan bisa dikatakan sangat lebat.
Aku menyewa sebuah kamar di sebuah resort mewah yang dikelola oleh international chain hotel di daerah Ubud. Kamar ini dilengkapi dengan kolam renang semi privat. Dikatakan semi privat, karena secara visual kolam renang ini masih dapat terlihat dari luar walaupun dibatasi dengan dinding pembatas setinggi kurang lebih 150 meter. Penggunaannya saja yang privat, karena hanya diperuntukkan untuk penyewa kamar. Aku menyewanya selama 4 malam.
Pada hari pertama setelah check in, aku segera mengajak Yeni untuk berenang. Pada saat itulah aku serahkan hadiah bikini hitam dariku. Aku tidak tahu apakah dia mau mengenakannya atau tidak. Betapa senangnya aku, ketika dia tidak keberatan untuk mengenakannya. Mungkin karena dia merasa bahwaprivacynya dalam kamar dan kolam renang ini terjaga. Kami kemudian berenang dan bersenda gurau dalam kolam. Jika tidak salah ingat, waktu itu sekitar jam 4 sore. Kemudian aku mulai memberanikan diri untuk melepas penutup dadanya. Dia tidak berkeberatan. Selang beberapa lama kemudian, aku melepas celana renangku dan aku berenang telanjang (dengan penis yang sudah mulai ereksi). Tampak kekagetan dia sejenak melihat aku melepas celana renangku, namun hanya sebentar. Selang beberapa lama waktu kemudian, aku berinisiatif untuk melepas bikini g-stringnya. Tidak ada keberatan apapun dari dia! Sore hari itu kami akhiri dengan berhubungan seks di pinggir kolam renang. Malam itu kami habiskan di kamar, tanpa sehelai benangpun. Malam itu kami masih mampu untuk melakukan hubungan seks 2 kali lagi sebelum kami tertidur pulas sekitar jam 12 malam dalam keadaan telanjang bulat. Sejak hari itu, kami selalu bertelanjang bulat di kamar. Kami matikan air conditioner dan kemudian bertelanjang bulat. Praktis semua pakaian yang kami bawa hampir tidak terpakai dan masih tersimpan rapi di kopor dan lemari pakaian.
Pada hari kedua, kami memulai aktivitas dengan renang telanjang pada pagi hari. Kami memutuskan untuk tidak sarapan di resto hotel namun memilih untuk in-room breakfast. Pada saat itulah terbersit sebuah rencana nakal yang terbit dari fantasi dan pengalaman seksualku yang liar. Renang telanjang ini jelas membuat nafsu seksual kami berdua memuncak. Pada titik tertentu, istriku mengajak kami keluar dari kolam dan ‘bermain’. Pada saat ini aku katakan kepada istriku ,” ... lebih baik kita pesan makanan dulu ya, sehingga selesai kita main, makanan sudah siap. Kita pasti kelaparan setelah ‘exercise’, he,he,he...”. Aku tambahkan lagi, “ .... pesan makanan di hotel ini lama dikirimnya, jadi pasti dikirim setelah kita ‘selesai ....”. Padahal aku tahu pasti bahwa layanan di hotel ini tergolong cepat, sehingga kemungkinan besar makanan akan dikirim sebelum kami ‘selesai bermain’. Istriku setuju saja.
Aku sengaja menahan diri untuk tidak melakukan penetrasi. Aku terus melakukan foreplay. Istriku sudah mendesak untuk segera melakukan penetrasi. Jujur, akupun sebenarnya sudah tidak tahan lagi. Tapi aku tetap berusaha menahan..... sampai akhirnya bel di kamar kami berbunyi, tanda bahwa petugasroom service datang mengantarkan makanan. Aku pernah menginap di resort ini sebelumnya, jadi aku tahu dengan pasti bahwa petugas room service di pagi hari adalah petugas wanita sedangkan untuk sore hingga malam, dimulai dari jam 5 sore, petugas prialah yang akan bertugas.
Tepat sebelum penetrasi, bel berbunyi. Aku katakan kepada istriku, “.... gua ambil dulu ya makanannya supaya kita tenang bermainnya”. Istriku menampakkan tampang yang sebal karena merasa diganggu, namun tidak ada pilihan lain. Aku segera bangkit dari cabana di pinggir kolam renang tersebut dan berjalan menuju pintu. Aku berjalan dengan TELANJANG BULAT, tanpa sehelai benangpun. Berjalan dengan penis tegak perkasa yang juga basah karena lendir vagina istriku. Aku berjalan dengan perlahan, menunggu reaksi istriku. Aku menanti istriku berteriak memperingatkanku bahwa aku telanjang. Namun hal itu tidak terjadi. Aku mencoba melihat istriku dari cermin yang ada di dinding, dan tampak istriku duduk dengan menatap ke arah pintu kamar, sambil mengangkangkan kakinya. Sekilas aku melihat tangannya mempermainkan clitorisnya; mungkin untuk menjaga nafsu seksualnya. Jadi jelas bahwa istriku melihat dan sadar bahwa aku telanjang bulat.
Akhirnya sampailah aku ke pintu kamar. Aku mengintip dari lubang pengintip pintu, dan benar dugaanku, seorang petugas wanita membawakan makanan. Dengan cepat aku buka pintu kamar, sehingga petugas wanita itu dapat melihat tubuhku yang telanjang dengan penis yang ‘berdiri’. Aku berani melakukan hal ini, karena di Bali petugas hotel sudah lebih terbiasa dengan ketelanjangan tamunya. Tampak wajah kaget dan rona wajah yang memerah dari wanita itu, namun dia dengan segera bisa menguasai diri dan tampil profesional. Aku mengambil baki makanan itu dan menandatangani billnya. Setelah pintu ditutup, aku kembali berjalan menuju ke cabana. Tetap aku melihat istriku duduk dan melihat ke arah aku berjalan. Jadi aku yakin benar bahwa istriku juga melihat bahwa ada seorang wanita yang melihat tubuh dan penis suaminya yang sudah siap ‘tempur’. Namun tidak ada komentar apapun yang keluar dari mulutnya. Dia tetap ‘bermain’ dengan wajar. Sementara kami bersenggama (kali ini dengan doggy style yang menjadi favoritku), otakku berputar dan bertanya, mengapa istriku tampak tidak bermasalah ketika suaminya dilihat oleh wanita lain dalam kondisi telanjang bulat dan penis menegang. Senggama kami berlangsung dengan kepuasan yang luar biasa bagi aku dan istriku. Hari itu kami lanjutkan dengan pergi jalan-jalan menikmati Ubud dan restoran-restoran favorit kami di Ubud. Kami pulang setelah makan siang.
Waktu beberapa jam berjalan-jalan di Ubud, tampaknya membuat tubuh kami lebih segar. Nafsu pun mulai terkumpul. Begitu kami kembali ke kamar hotel, kami langsung bertelanjang bulat dan menonton televisi bersama di ranjang; tentunya dengan tetap bertelanjang bulat. Di sore hari sekitar jam 5, kami kembali melakukan ‘ritual’ renang telanjang. Dan sekali lagi hal ini membuat nafsu seks kami berdua membuncah. Sampai saat ini, aku belum bisa melupakan kejadian pagi harinya dan masih selalu bertanya. Bertelanjang di depan wanita, bukanlah hal yang asing bagiku. Jangankan memperlihatkan penis yang sedang ereksi, bahkan berhubungan seks di depan orangpun aku sudah terbiasa. Dalam salah satu business trip ke Bangkok, aku bahkan pernah mencoba untuk menjadi aktor pertunjukan seks. Di sana aku melakukan hubungan seks di panggung dengan ditonton banyak orang. Bukan untuk mencari uang namun sensasinya. Yang menjadi pertanyaan bagiku adalah mengapa istriku tidak keberatan. Pertanyaan ini membuatku ingin mengujinya sekali lagi dengan perspektif yang berbeda.
Aku mengulangi lagi skenario pagi hari. Aku memesan makanan setelah kami keluar dari kolam dan akan memulai ‘permainan’. Kali ini aku tahu dengan pasti, bahwa petugas room service yang akan melayani adalah petugas pria. Aku kembali menahan diri untuk tidak penetrasi, sambil menunggu bel pintu kamar berbunyi. Dan akhirnya ..... berbunyi. Kali ini aku berkata kepada istriku, ‘..... Yen, lu deh yang ambil makanan, gua mau kencing dulu .....’. “.... OK”, jawab istriku. Aku segera masuk ke kamar mandi; yang dalam kamar hotel ini terletak di sisi kolam renang dan setengah terbuka. Aku masih bisa melihat ke kamar dan pintu kamar. Dari dalam kamar mandi aku mengamati. Betapa kaget ketika melihat istriku berjalan ke pintu dengan TELANJANG BULAT. Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, istriku memiliki rambut kemaluan yang lebat dan carian vagina yang berlebih sehingga pada situasi terangsang, seringkali cairan itu sambil mengalir di paha. Dan aku yakin, bahwa sebelum aku berdiri tadi, cairan itu sudah mulai mengalir di pahanya.
Di depan pintu, Yeni melihat dari lubang pengintip. Aku sudah berpikir bahwa ketika dia melihat bahwa petugas tersebut adalah pria, maka istriku akan berlari ke belakang memanggilku atau paling tidak mengambil handuk menutupi tubuhnya. Betapa terkejutnya ketika aku melihat istriku dengan tenang membuka pintu kamar dan menerima baki makanan. Aku tidak dapat melihat reaksi petugas room service, namun yang jelas dari suaranya, petugasnya tersebut adalah petugas pria. Tak ada rasa malu dan jengah dari istriku ketika seorang pria tak dikenal melihat tubuhnya, vaginanya, rambut kemaluannya, dan cairan vaginanya yang menandakan bahwa dia dalam kondisi terangsang hebat.
Aku keluar dari kamar mandi dan berpura-pura bahwa aku tidak melihat hal itu. Istrikupun tidak berkomentar apapun. Jujur, aku makin terangsang melihat istriku berani menunjukkan ketelanjangan di depan umum. Permainan kami lebih seru dari sebelumnya, dan untuk pertama kalinya aku mencapai orgasme ketika istriku baru mengalami satu kali orgasme. Malam itu kami tidur, tetap dengan telanjang bulat. Istriku tertidur pulas, namun jujur pikiranku berputar terus. Wow, istriku ternyata lebih berani daripada yang aku bayangkan. Membayangkan istriku berani menampilkan ketelanjangan di depan orang lain, membuatku berfantasi (atau berharap) bahwa istriku dapat menjadi mitraku dalam kehidupan seks liar yang aku jalani selama ini. Membayangkan hal itu saja, membuat penisku menegang. Aku tidak tega membangunkan istriku, sehingga aku memutuskan untuk bermasturbasi saja. Aku keluar dari kamar dan di dalam gelapnya malam aku bermasturbasi di teras kecil kamar hotel tersebut dengan bertelanjang bulat; sebuah aktivitas yang sering aku lakukan sejak kecil. Selesai dengan kegiatan seks mandiri ini, aku masuk dan tidur kembali. Istriku masih tertidur pulas. Aku tertidur dengan memikirkan rencana esok pagi. Sebuah test yang terakhir buat istriku ........
Esok paginya kami bangun terlambat dari biasanya. Kami bangun sekitar jam 8 pagi. Setelah ‘nyawa terkumpul’ dengan menikmati secangkir kopi, kami kembali melakukan ritual ‘renang telanjang’. Tak seperti hari sebelumnya, kami hanya renang selama 10 menit. Nafsu kami sudah tak tertahankan. Di sini rencanaku mulai berjalan. Kali ini aku mengajak istriku untuk ‘bermain’ di ranjang dalam dan bukan di pinggir kolam atau cabana seperti biasanya. Yang tidak diketahui istriku adalah bahwa aku telah memesan sarapan pagi pada malam sebelumnya dan aku sudah minta untuk dihantarkan pada jam 9 pagi.
Dalam nafsu yang memuncak, kami segera melakukan foreplay. Berbeda dengan hari sebelumnya, dimana aku menahan diri untuk penetrasi sebelum bel kamar berbunyi, kali ini aku tidak menahan diri lagi. Aku melakukan penetrasi segera setelah istriku ‘siap’. Aku tetap memperhitungkan bahwa permainan ini tidak boleh berakhir sebelum jam 9 pagi. Aku berhasil memperlama permainan. Kira-kira jam 9 kurang 5 menit, bel kamar berbunyi. Istriku kaget. Aku katakan,” .... itu sarapan pagi kita ... tenang aja....” Aku mencabut penisku dari vagina istriku, dan dengan tenang aku membuka pintu. Kali ini, aku melakukan hal yang lebih berani. Aku meminta petugas room service wanita tersebut untuk menata makan pagi kita di cabana samping. Aku sengaja meminta hal ini, karena dengan demikian maka petugas ini akan terpaksa masuk ke kamar dan melewati ranjang tempat permainan kami. Aku mau melihat reaksi istriku ketika ada seorang wanita asing yang melihat kami berdua telanjang dan mengetahui bahwa kami sedang melakukan hubungan seks.
Walaupun petugas wanita itu tampak sungkan, namun dia tetap masuk ke kamar dan menuju kecabana untuk menata sarapan pagi. Dia tampak terkejut ketika melewati ranjang dan melihat istriku sedang telanjang, mengangkangkan kami dan memperlihatkan vaginanya. Istriku juga tampak terkejut sejenak, namun kemudian biasa lagi. Tidak tampak usaha sama sekali dari istriku untuk menutupi tubuhnya. Melihat hal itu, aku makin terangsang. Tiba-tiba muncul ide gila dariku, aku segera menghampir istriku dan tanpa basa-basi segera memasukkan kembali penisku ke vaginanya. Luar biasa ..... istriku juga menyambutnya dan tidak merasa jengah karena petugas wanita itu jelas dapat melihat dan mendengar desahan istriku dari cabana. Tampak dengan jelas, istriku juga terangsang lebih hebat dengan situasi tersebut. Kami mencapai orgasme nyaris bersamaan... dan dengan cepat.... bahkan sebelum petugas wanita itu menyelesaikan tugasnya menata sarapan.
Setelah petugas itu keluar, kami segera menuju ke cabana dan menikmati sarapan kami dengan telanjang bulat, dengan lendir vagina dan cairan mani yang masih melekat di penis dan vagina istriku. Pikiranku terus berputar tentang istriku. Tidak tahan dengan pertanyaan ini, akhirnya aku bertanya kepada istriku tentang kejadian dan ‘test’ selama dua hari ini. Dalam percakapan yang sangat terbuka ini, untuk pertama kalinya kami terbuka pada kehidupan seks kami, fantasi, kesukaan dan perilaku seks kami. Ternyata selama ini, aku tidak tahu tentang kehidupan seks istriku. Demikian juga istriku juga tidak mengetahui tentang diriku. Dalam percakapan ini, semua topeng kami terbuka. Saya mengakui semua petualangan seks liar yang saya lakukan sebelum dan sesudah pernikahan kami. Istriku juga mengakui, bahwa setelah pernikahan dirinya merasa bahwa kekangan seks sudah berakhir. Sebelum menikah, sebenarnya dia memiliki kecenderungan seks yang bebas dan fantasi seks yang liar. Namun terikat tradisi dan nilai keperawanan, membuatnya tidak bebas untuk mewujudkannya. Setelah menikah, maka dia mulai berani bereksperimen dan melakukan seks bebas. Beruntung kami berdua selalu menjaga diri dengan melakukan seks yang aman. Namun kami berdua mengakui bahwa semua perilaku seks bebas itu adalah murni hanya untuk kesenangan. Sex just for the sake of sex. Sama sekali tidak melibatkan cinta dan keterikatan emosional.
Pembicaraan pada makan pagi itu adalah pembicaraan yang sangat terbuka dan membebaskan. Semua hal yang kami tutupi selama ini terbuka. Dalam pembicaraan tersebut kami akhirnya bersepakat bahwa kami tetap boleh melakukan perilaku seks bebas ini, selama kedua belah pihak saling mengetahui, tidak melibatkan perasaaan cinta dan tidak melibatkan uang (artinya kami tidak boleh melakukan hal ini untuk mendapatkan bayaran). Inilah awal yang baru dari petualangan seks-ku. Kali ini aku mendapat mitra yang luar biasa yaitu istriku sendiri. Tak disangka dan tidak diduga bahwa selama ini aku memiliki mitra seks yang luar biasa. Lima tahun yang seolah tersiakan. Dan kami merasa tidak perlu membuang waktu lagi untuk menikmati petualangan seks bersama.... dan hal itu tidak perlu menunggu lama. Hari keempat bulan madu kami yang kedua, adalah hari yang pertama kami menikmati petualangan seks liar sebagai suami istri. Inilah awal dari blog ini. Inilah awal dari kisah-kisah gelap berikutnya ........
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar