Selasa, 18 Oktober 2016

Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya ALL EXTRA

Suatu hari sepulang sekolah, aku terkejut mendengar apa yang dikatakan Fara. Dia mengaku dapat hadiah peju dari teman-teman cowoknya!!

"Gimana ceritanya sayang?" tanyaku penasaran juga was-was.
"Waktu itu mereka minjam hape Fara Ma, mereka terkejut lihat banyak film bokep di hape Fara. Terus mereka nanya ' kamu suka nonton bokep ya Fara? kamu udah pernah ngentot ya? Fara jawab iya Ma" kata Fara santai. Aduh... putriku ini, kok film pornonya masih aja di simpan sih? pake jawab iya pula pernah ngentot.
"Terus?"
"Terus kata mereka, mereka sebenarnya udah lama nafsu sama Fara Ma...Terus waktu pulang sekolah Fara diajak ke wc Ma sama mereka. Fara ngikut aja"
"Ha? Kamu diapain sayang?"
"Fara ditelanjangi sama mereka Ma, ada banyak cowok Ma di sana, Fara sendirian cewek" Jantungku berdebar-debar mendengarnya.
"Kamu ditelanjangi rame2 di wc sekolah??" sungguh gila. Anak gadisku ternyata dijadikan mainan seks oleh teman-temannya cowok di sekolahnya. Jantungku rasanya mau copot.
"Iya Ma... Terus mereka ngocok rame-rame Ma... "
"Apa!!!? terus mereka pejuin kamu?"
"Nggak Ma..."
"Terus?"

"Mama buka deh Ma tas Fara" katanya, meski masih bingung kuturuti saja perkataannya. Ku raih tas Fara dan ku buka. Bau sperma langsung menyeruak!! Aku terkejut melihatnya, seluruh isi tas Fara berlumur peju, termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran. Sungguh melecehkan!!
"Mereka tumpahin peju mereka ke dalam tas kamu??"
"Iya Ma, tapi gak itu aja Ma..." Fara lalu menunjukkan tempat minum tupperw*re nya. Tampak cairan kental yang banyak di dalam sana, begitu tutupnya ku buka, ternyata bau menyegat itu lagi!! Mereka mengisi tempat minum Fara dengan sperma. Sungguh gila!!

Setelah kejadian itu, hampir tiap hari aku selalu menemukan ceceran sperma di dalam tas maupun di tempat minum Fara. Memang awalnya aku terkejut, namun anehnya aku tidak merasa marah sama sekali. Aku bahkan jadi horni membayangkannya, ada perasaan dan sensasi tersendiri ketika memikirkan putriku dicabuli orang seperti itu, hingga akupun membiarkan mereka mengulangi perbuatan bejat mereka pada putriku ini berkali-kali.

Tiap hari sesudah Fara pulang sekolah, terpaksa aku selalu membersihkan ceceran sperma itu dari tas dan tempat minumnya. Tanganku bersentuhan langsung dengan cairan-cairan kental tersebut. Suamiku masih belum tahu, akupun tidak berniat memberitahunya, aku takut dia malah ngamuk.

Hingga akhirnya suatu hari teman-teman Fara yang cowok itu main ke rumah, ada empat orang. Fara berbisik padaku kalau mereka itu orang-orang yang suka pejuin tasnya. Aku sih berharap mereka sedikit ganteng lha, tapi ternyata dari tampangnya jelas kalau mereka itu murid nakal dan bengal. Bahkan Fara juga mengatakan kalau mereka itu sebenarnya kakak-kakak kelasnya yang umurnya udah tua dan sering gak naik kelas.

Mereka yang biasanya hanya melihat Fara mengenakan seragam kini akhirnya dapat melihat Fara dengan tanktop dan hotpant. Mereka tampak sangat horni, Fara sendiri cuek-cuek saja. Akupun tetap berusaha ramah pada mereka dan tidak terlalu memperdulikan penampilan mereka yang amburadul itu. Mereka sering curi kesempatan gerepe-gerepein Fara di belakangku, tapi tentu saja si aku tau. Bahkan aku menawarkan sesuatu yang lebih gila.

“Sayang, kamu udah mandi belum?” tanyaku pada Fara.
“Iya Ma, bentar lagi…”
“Ajak teman-temanmu mandi bareng gih sekalian” suruhku. Tentu saja mereka terkejut. Aku menyuruh mereka mandi seakan mereka semua masih anak-anak saja, padahal umur mereka sudah remaja semua. Terlebih mereka semua laki-laki dan putriku sendirian cewek.

“Mandi sama mereka Ma?” tanya Fara.
“Iya, Papa kan di luar kota beberapa hari, jadi biar ada yang temani kamu mandi”
“Hmm… Iya deh Ma”

Dan merekapun pergi, empat cowok dan satu cewek itu ke kamar mandi untuk mandi bersama. Aku melihat mereka menelanjangi Fara beramai-ramai sebelum akhirnya pintu kamar mandi tertutup dan aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Hanya tertawa cekikikan Fara yang terdengar. Dari cerita Fara ku tahu kalau mereka hanya mandi biasa saja, Fara bilang mereka takut macam-macam karena ada aku. Padahal aku sih ngebolehin aja kalau mereka pengen ‘sedikit’ nakalin Fara di rumahnya sendiri, hihihi.

Merekapun lanjut ngobrol dan nonton film, tapi sorenya hujan turun dengan lebatnya. Akupun punya ide yang lebih gila lagi. Aku menyuruh mereka untuk nginap saja, lagian kan sekarang lagi libur sekolah.
“Beneran tante?” tanya mereka terkejut.
“Iya… Kalian tidurnya di kamar Fara saja, temani Fara. Mau kan?” tanyaku.
“Wah, aku sih mau tante”
“Iya tante, aku juga mau…” ujar mereka setuju dan tampak antusias. Tentu saja mereka mau.

“Tapi udah minta izin orangtua kalian belum?”
“Itu sih gampang tante, kita udah biasa kok gak pulang ke rumah, hehe” Gila, ternyata mereka cukup liar juga, dan aku membiarkan mereka bergaul dengan putriku!! Akupun ke kamar Fara untuk menyiapkan kasur tambahan untuk mereka.

Malamnya, aku terbangun tengah malam. Ku lihat lampu kamar Fara masih saja menyala. Akupun mencoba mengintip apa yang sedang mereka lakukan, dan ASTAGA!!! Putriku sedang dicabuli!! Mereka sedang mengocok penis mereka beramai-ramai mengellingi Fara yang sedang bersimpuh telanjang bulat!! Tangan mereka juga menggerepe-gerepa badan Fara, meremas-remas susunya, memainkan clirotis Fara, sampai menciumi Fara. Tampaknya mereka sudah melakukan hal mesum itu dari tadi. Itu jelas dari wajah mereka yang sudah memerah penuh nafsu yang tertahan. Tubuh Fara dan mereka pun juga penuh peluh.

Hingga akhirnya mereka menumpahkan sperma mereka hampir bersamaan ke tubuh Fara. Tubuh Farapun penuh peju. Setelah itu mereka berpakaian kembali, tapi Fara lagi-lagi seenaknya tidur telanjang bulat dengan tubuh penuh peju. Gila banget.

“Kamu semalam ngapain aja sama mereka sampai malam?” tanyaku pada putriku esok paginya. Teman-teman Fara itu masih tidur dengan nyenyaknya di kamar Fara.
“Mama lihat?”
“Gak semua”
“Mmmh, mereka cuma ngocok aja kok Ma…”
“Beneran cuma ngocok?”
“Iya, awalnya sih mereka katanya pengen ngentotin Fara, tapi Fara cuma mau ngentot sama Papa. Jadi mereka ngocok aja Ma, gak apa kan Ma?”
“Iya gak apa… tapi jangan kamu kasih tau Papa ya kalau kamu sering dipejuin teman-temanmu itu”
“Iya Ma, nanti Papa marah yah Ma?”
“Iya…”

Beberapa saat kemudian aku ke kamar Fara, mereka ternyata sudah bangun. Tampak ceceran peju mereka di lantai.
“Waduh… peju siapa nih? Kecil-kecil kok udah main semprot-semprot peju sih? Emang udah bisa keluar pejunya? Jangan-jangan ini iler doang…. Hihihi” godaku berlagak bloon tidak sengaja menginjak peju mereka. Fara yang juga ada di sana tertawa cekikikan. Mereka tampak pucat awalnya, tapi melihat aku yang malah senyum-senyum membuat mereka jadi santai kemudian.

“Udah bisa dong tante… Itu beneran peju kok… Kalau gak percaya pengen lihat? Hehehe” Gila, ternyata mereka beneran mesum. Pake nantangin aku segala. Hmm…. Lihat gak yah?

***

Entah kenapa rasanya aku ingin terus menggoda bocah-bocah tanggung mesum ini.

“Benar sayang kalau ini peju?” tanyaku pada Fara.
“Iya Mah… itu peju mereka. Seenaknya aja semprotin Fara pake peju!! Marahin mereka Ma!! hihihi” ujar Fara sambil cekikikan.

“Dasar yah kalian, seenaknya aja semprotin peju kalian ke anak tante!!” kataku memasang ekspresi marah, tentu saja aku tidak benar-benar marah. Mereka yang tahu kalau aku cuma pura-pura malah cengengesan.

Aku lalu duduk di atas tempat tidur ikut ngumpul dengan mereka semua. Kami ibu dan anak sedang dikelilingi para remaja pria mesum!! Tanganku lagi-lagi menyentuh cairan kental, kini yang ada di kasur Fara. Aduh… Sperma mereka ada dimana-mana gini. Kamar putriku betul-betul penuh aroma peju.

“Emang kalian udah sering yah coli di depan cewek?” tanyaku kemudian.
“Gak kok tante, baru dengan Fara aja”
“Coli doang di depan cewek secantik Fara, emang gak pengen kalian cobain lubang surganya Fara?” godaku. Tampak mereka terkejut mendengar omonganku. Tapi sepertinya itu malah membuat mereka makin bersemangat, begitu juga diriku.

“Gak boleh sama Fara tante, katanya cuma untuk Papanya. Emang benar yah tante kalau Fara sering gituan sama Papanya?”
“Iya benar, hampir tiap hari Fara digenjot ayah kandungnya” kataku menekankan kata ‘ayah kandung’. Sepertinya mereka masih sulit percaya kalau Fara sering bersetubuh dengan ayahnya sendiri.
“Kenapa? Kalian sendiri udah pernah gituan belum?” tanyaku kemudian.

“Saya belum pernah tante, Amir tuh yang pernah” jawab Dodi.
“Beneran Mir?? Sama siapa sih? kecil-kecil udah pernah gituan ternyata kamu” tanyaku.
“Hehehe… Iya tante, sama pacar aku dulu, terus sama kakak tiri, terus sama janda sebelah rumah” jawabnya.
“Hah? Sering?”
“Lumayan sering…” Gila nih bocah, ternyata dia sudah pengalaman ngentot, bahkan dengan perempuan yang lebih tua.

“Tapi kamu jangan coba macam-macam sama anak tante ya... Dia cuma mau sama Papanya. Awas kalau Fara ngadu ke tante kalau kamu ngentotin dia!!”
“Iya tante, tapi kalau cuma pegang-pegang boleh kan?”
“Boleh… kalau cuma gerepe-gerepe sampai kamu muncrat sih gak masalah. Itupun kalau Faranya mau. Kalau dia gak mau ya gak boleh dipaksa, iya kan sayang?”
“Mmh.. Iya Ma…” jawab Fara tersenyum pada mereka. Mendengar itu Amir langsung meraih Fara kemudian memeluknya. Betul-betul seenaknya saja Amir ini. Putriku sedang dipeluk-peluk mesra oleh remaja lusuh seperti dia di depanku, dan aku sebagai ibu kandungnya Fara hanya tersenyum membiarkan!!

“Kalian jangan tiru si Amir yah... Masa kecil-kecil udah pernah gituan, gak boleh... Umur 18 tahun nanti baru boleh” kataku sok menasehati mereka, padahal putriku sendiri yang masih 14 tahun ku tuntun agar berzinah dengan ayahnya sendiri.

“I-iya tante… “
“Kalau kita ngentot sama tante aja boleh nggak? Tante pengen cobain kontol aku nggak? Kayanya lebih gede dari punya suami tante lho…. hehe” ujar salah satu dari mereka. Sungguh lancang dan kurang ajar. Sangat tidak pantas sebenarnya mereka ngomong seperti itu. Seandainya ada suamiku di sini mendengarnya mungkin mereka sudah dihajar habis-habisan. Tapi aku sendiri bukannya marah, malah tertawa renyah mendengarnya.

“Hahahaha…. Ya ampun…. Kalian ini bandel banget sih dibilangin, udah tante bilang belum boleh gitu-gituan… kalian itu masih dibawah umur”

“Habis tante cantik sih…. Pantas saja anaknya juga cantik” kata Amir sambil menciumi pipi Fara, yang lain juga ikut-ikutan mencium dan meraba Fara. Putriku digerayangi di depanku!! Tapi karena mereka tidak menyakiti Fara, bahkan ku lihat Fara menggelinjang dan mendesah keenakan, jadinya ku biarkan saja. Aku sendiri juga jadi ikut-ikutan horni menyaksikannya.

“Emang lebih nafsuin siapa? Tante atau Fara hayo…?” kataku. Libidoku mulai naik, aku semakin tertarik meladeni omongan mereka.
“Sama-sama nafsuin, soalnya sama-sama cantik sih tante, hehe”

“Huuuu… Udah bisa ngerayu yah kalian… Pandai banget. Hmm… terus, ini seandainya aja yah, cuma seandainya. Kalau kalian disuruh milih, kalian pengen ngentot dengan Tante atau Fara?” tanyaku pada mereka sambil memasang senyum nakal. Sebuah pertanyaan yang pastinya membuat mereka semakin mupeng. Aku tidak percaya kalau aku bisa bertanya hal seperti itu. Aku yakin penis mereka sangat tersiksa di dalam celana mereka saat ini, biarin deh.

“Kalau aku sih sama tante duluan” kata Amir menjawab pertama, dia tampaknya yang paling bersemangat.
“Ha? Tante duluan? Berarti anak tante kamu entotin juga dong habis itu… dasar maruk!! Kalian semua pengennya gitu juga?” tanyaku pada yang lain.
“Iya tante… hehe”
“Dasar kalian…” gerutuku pura-pura kesal, tapi tetap tersenyum sesudah itu.

“Jadi boleh nggak nih tante?” tanya Bayu, si anak yang paling kurus, botak lagi.
“Apa? ngentotin kita berdua? Nggak lah ya…”

“Yaaah… Kalau dipejuin aja boleh nggak tante? Hehe”
“Hah? Kalian mau pejuin tante juga? Duh… Fara, teman-teman kamu ini kok genit-genit sih??” kataku menjawab pertanyaan mereka sambil tertawa-tawa. Melihat aku tidak marah dan menolak, pastinya membuat mereka makin berani.

“Iya, tante… kita jadi pengen nih… Kan kata tante pengen tahu kita bisa keluarin peju atau nggak, hehehe…”
“Iya tante… boleh yah?” kata mereka terus-terusan membujukku. Duh, kok aku jadi ikut-ikutan gini sih? Sebenarnya aku penasaran juga sih. Bagaimana sperma-sperma muda itu menempel di kulitku, merasakannya di mulutku, bahkan masuk ke dalam rahimku. Tapi kalau nanti keterusan dan aku hamil? Masak aku selingkuh dengan bocah-bocah tanggung gak jelas ini sampai mengandung anak mereka? Hii…. Membayangkannya saja aku sudah merinding.

“Hmm… gimana yah…. Sayang, emang boleh Mama ikutan?” tanyaku pada Fara.
“Mmmh… Mama mau ikutan? Ikutan aja Mah…” ucap Fara polos sambil masih tetap digerayangi beramai-ramai.
“Tuh tante… Faranya penasaran tuh lihat mamanya yang cantik juga dipejuin sama kita, hahaha” kata mereka sambil tertawa mesum. Salah satu dari mereka kemudian langsung berdiri dan menurunkan celana dalam mereka, kemudian mulai mengocok di depanku. Sembarangan aja nih bocah, padahal aku belum bilang iya.

“Dasar kalian genit. Ya sudah, kali ini saja yah… Cuma ngocok saja yah di depan tante…” ujarku akhirnya yang disambut sorak gembira penuh tawa mesum. Yang lainpun kini mulai melepaskan celana dalam mereka, ada juga yang bugil total. Tampaklah penis-penis ukuran standar khas remaja itu di depanku. Bohong yang dia bilang tadi kalau punyanya lebih besar dari punya suamiku.

“Tante, buka dikit dong bajunya” pinta mereka. Ku turuti perkataan mereka, ku turunkan dasterku sampai ke pinggang. Merasa tanggung, akupun meloloskan seluruh daster itu dari tubuhku, hanya menyisakan bh juga celana dalam.
“Puas kalian? Dasar abg mesum” kataku.

“Dibuka semua aja dong tante. Bugil, pasti lebih cakep” pinta mereka.
“Lha, kalian kan sudah sering lihat Fara bugil” kataku.
“Tapi tante kan belum…”
“Nggak, cukup segini saja atau Tante pake lagi nih baju tante” kataku. Bagaimanapun aku harus tegas. Kalau nggak bakal keterusan.

“Ya sudah, yok kita bugilin anak gadisnya saja, hahaha” ucap Amir. Meski ucapannya terkesan kurang ajar namun aku tetap tersenyum dan membolehkan. Merekapun mulai menelanjangi putriku, langsung di depan ibunya. Mereka lepaskan tanktop dan celana pendek Fara bersama-sama, tentu saja juga diiringi remasan dan elusan tangan mereka yang kurang ajar. Gilanya aku bahkan membantu melepaskan celana dalam Fara yang merupakan pakaian terakhir yang melekat pada tubuhnya, bagaikan tanda kalau aku mempersilahkan mereka berbuat mesum sesuka hati pada putri kandungku. Aku penasaran apa yang akan dilakukan suamiku bila dia ada di sini, apa dia juga akan berbuat sama?

Mereka mengocok penis mereka sambil menggerepe-gerepe Fara. Bahkan ada yang meminta Fara mengulum penisnya. Putriku yang tampak keenakan diraba-raba seluruh tubuhnya menuruti dan membiarkan semua perlakukan cabul mereka. Begitupun diriku, sebagai ibunya Fara juga hanya membiarkan.

Saat mereka menghujam penisnya dalam-dalam ke mulut Fara sampai Fara mau muntahpun aku tetap juga membiarkan. Meskipun ini tidak pantas dilakukan oleh seorang ibu, tapi sensasinya sungguh luar biasa. Rasanya sungguh aneh melihat Fara, anak kandungku sendiri, dicabuli dan dilecehkan begitu oleh orang-orang seperti mereka. Lebih bikin berdebar-debar dibandingkan bila seandainya aku yang dicabuli.

“Uh… enaknya nih cewek, coba aja dibolehin ngentot” racau salah satu dari mereka.
“Iya, padahal kan enak kalau kita entotin anaknya di depan ibu kandungnya, hahaha”
“Tante, Faranya keenakan tuh… kita entotin aja boleh nggak? hehe”

“Nggak, dasar kalian bandel” jawabku gemas dengan rasa penasaran mereka yang kebelet pengen ngegenjotin vagina putriku. Bagaimanapun kalau Fara gak mau, aku juga gak bakal bolehin.

“Kalau gitu tante telanjang dong… atau Faranya kita entotin nih… hehehe” pinta mereka seenaknya.
“Huuu… pake ngancam segala. Emang segitu pengennya ya lihat tante telanjang?”
“Iya tante, kita kan penasaran juga bagaimana tubuh wanita dewasa”

“Ampun deh tante sama kalian. Ya sudah, cuma kali ini saja lho…” aku mengiyakan. Akupun bangkit, melepaskan bhku, mereka bersorak. Lalu ku turunkan celana dalamku, mereka semakin bersorak. Dasar abg labil.

“Puas?” tanyaku sambil mengerlingkan mata.
“P-puas tante… gede… mantap” Mata mereka menelusuri setiap tubuh telanjangku, terutama buah dada dan daerah vaginaku yang ditumbuhi rambut yang cukup lebat. Kocokan mereka semakin cepat. Tentu saja. Siapa sih yang gak bakal mupeng? Udah ngelihat tubuh telanjang remaja cantik seperti Fara, kini malah melihat ibunya yang gak kalah cantik juga bertelanjang. Aku sebenarnya cukup malu bertelanjang di depan orang lain selain suamiku. Namun ku anggap saja mereka semua masih anak-anak, walaupun kenyataannya bukanlah demikan, karena mereka semua sudah cukup dewasa untuk menghamili wanita!! Jantungku jadi berdebar-debar semakin kencang.

“Awwwhh!!” teriakku kencang saat buah dadaku tiba-tiba dicaplok mulut Bayu, si bocah ceking. Tentu saja aku langsung mendorongnya. Sialnya, dia sepertinya malah sengaja menjatuhkan badannya ke arah Fara. Mereka berduapun tersungkur di lantai kamar. Fara sampai mengaduh kesakitan.

“Kamu ini apaan sih!!?? Jangan ngelunjak yah…” ujarku cukup kesal, sebenarnya aku hanya terkejut sih tadi dia tiba-tiba menyentuhku.

“Sorry tante, gak tahan” jawabnya sambil masih terus menghimpit Fara. Tuh bocah malah membuat gerakan cabul menggoyangkan pinggulnya seperti menyetubuhi Fara, tapi tidak benar-benar memasukkan penisnya, hanya menggesekkan di belahan pantat Fara saja. Tidak lama dia melakukannya, Bayupun bangkit dan kembali berdiri di depanku bersama teman-temannya yang lain. Beronani ria mengocok penis mereka sambil menatap seluruh tubuh telanjangku.

Suasana pagi yang dingin, lalu nafsu mereka yang memang sudah tinggi, membuat mereka sepertinya tidak butuh waktu lama untuk memuntahkan peju.
“Tante… ohhh… ugghhhh” erang mereka.

“Crooot… crooot…”
Sperma merekapun berhamburan hampir bersamaan. Sebagian besar mengenai wajahku, aku dibukkake para remaja tanggung!! Peju-peju mereka juga meleleh sampai ke buah dadaku, bahkan ada yang terus meleleh hingga ke permukaan vaginaku. Sangat banyak. Entah kenapa aku membiarkan perbuatan mesum mereka ini padaku. Ya… Sekali ini saja jadi lah…

“Tuh kan tante, benar kan kalau kita udah bisa ngeluarin peju, hahaha”
“Dasar, iya iya… “ kataku mencubit gemas perut mereka bergantian. Mereka mengaduh sok kesakitan meskipun cubitanku tidak keras.

“Lihat tuh Fara, Mama kamu kita pejuin” ujar mereka kurang ajar pada putriku, namun baik aku dan Fara malah tersenyum manis.
“Ma, ini mereka kok dari kemarin pejunya gak abis-abis yah? Emang peju ga bisa abis ya Ma?” tanya Fara polos. Duh, putriku ini, mamanya habis dipejuin malah bertanya seperti itu.
“Nggak tuh… mereka bandel sih. Jadinya pejunya ada terus” jawabku sekenanya.

“Tante, Om tau nggak nih kalau anak dan istrinya kita pejuin? Kalau Om tau gimana yah? Kayanya seru nih kalau kita pejuin tante dan Fara di depan Om, hehe” kata mereka semakin kurang ajar.

“Paling kalian bakal kena hajar, hihihi… Mau kena hajar?” tapi aku tetap saja meladeninya dengan ramah.

Setelah membersihkan wajah dan tubuhku dari ceceran sperma mereka. Aku lalu bangkit, berniat untuk mengenakan pakaian kembali lalu membuat serapan pagi. Tapi mereka tiba-tiba bilang,

“Tante, kayaknya asik deh kalau kita ngelihat Tante dan Fara lesbian, hehe”

APA??? Gila saja!!

***

“Lesbian?”

“Iya tante, hehe”

Gila mereka ini. Mereka lebih cabul dari yang ku bayangkan!! Kalau begini terus sih lama-lama aku dan Fara bakal disetubuhi mereka juga. Gawat.

“Lesbian itu apa sih Ma?” tanya Fara polos yang disambut tertawaan teman-temannya.

“Hmm… Itu… Kamu tau kan kalau cowok sama cewek gitu-gituan? Nah… kalau cewek sama cewek namanya lesbian sayang” terangku. Lagi-lagi aku mengajarkan putriku sesuatu yang tidak pantas diajarkan oleh seorang ibu.

“Mmm… Terus, cara lesbian gimana Ma? Mama udah pernah?”

“Mama belum pernah sayang. Caranya ya hampir sama kaya cowok dan cewek. Pegang-pegang, ciuman, tapi gak ada masukin kontol ke memek. Diganti saling jilatin memek atau gesek-gesekin memek”
“Ohh…” gumam Fara ngangguk-ngangguk. Putriku sepertinya tertarik!!

“Hehe, gimana Fara? Mau kan lesbian sama Mama kamu? Enak lho…”
“Iya Fara, kamu lesbian dong sama Mama kamu…” kata mereka berusaha mempengaruhi Fara agar mau beradegan lesbi denganku, ibu kandungnya sendiri.

“Nnggg…” Fara tampak berpikir, cukup lama. Barulah setelah itu dia melirik padaku dan berkata, “Ma, lesbian yuk…” Degh!! Putriku mengajak ibunya sendiri untuk lesbian. Semua ini gara-gara teman-temannya!!

“Tuh tante, diajak lesbian sama anaknya… hahahaha… Mau yah tante”
“Iya tante, mau ya…” bujuk mereka terus berusaha meyakinkanku. Ah… apa yang harus ku lakukan? Kenapa aku jadi horni membayangkan bercumbu dengan Fara meskipun kami sama-sama perempuan, terlebih dia putri kandungku sendiri. Masa iya aku mewujudkan fantasi gila mereka itu? Mempertontonkan adegan lesbian antara seorang ibu dan anak gadisnya?

“Duh… kalian ini, ngebet banget sih? emang apa enaknya sih lihat lesbian?” tanyaku yang tetap saja berusaha ramah dalam keraguanku. Aku senang sih aku dan putriku jadi pusat perhatian, itu sudah naluri para wanita, tapi tentunya bukan dengan cara seperti ini.

“Pengen lihat aja tante, kita kan gak pernah lihat secara langsung. Apalagi ibu dan anak, hehehe” kata mereka sambil mendorong Fara ke arahku, “ayo Fara netek sana” suruh mereka seenaknya. Aku tentu saja terkejut. Namun putriku ini dengan lugunya malah menuruti omongan mereka. Aku tidak dapat mengelak. Fara menjilati ujung buah dadaku, lalu mengulumnya.

“Wooohhh…” Terang saja suasana langsung jadi heboh, bagaimana tidak? Sangat jarang bukan melihat gadis remaja secantik Fara menetek ke ibunya? Mana kami berdua sama-sama telanjang bulat pula. Waktu Fara bayi saja aku tidak pernah menyusui dia sambil telanjang bulat, sekarang aku malah menyusui dia yang sudah remaja, apalagi di hadapan pria lain yang seumuran putriku. Sensasinya sungguh gila…

“Kok gak ada susunya sih Ma?” tanya Fara polos sejenak melepaskan mulutnya.
“Ngh? Iya… kamu kan bukan dedek bayi lagi sayang. Jadi udah gak ada lagi air susu Mama” ujarku sambil mengelus kepala putriku. “Ohh…” Farapun melanjutkan lagi neteknya, dia malah tersenyum melirik pada teman-temannya yang mesum itu seakan menggoda mereka. Tentu saja mereka tampak semakin mupeng melihat aksi kami ibu dan anak. Ada yang mengelus penisnya, bahkan ada yang berkata pengen ikutan netek, enak saja.

“Udah ah. Enak aja nyuruh kami lesbian, gak semudah itu…” kataku melepaskan kepala Fara setelah 2 menitan membiarkan putriku menyusu. Hampir saja aku terbawa suasana.

“Yaaaah, kok berhenti sih tante?” protes Amir, teman-temannya juga tampak kecewa. Biar saja. Tapi mereka terus saja ingin kami lanjut.

“Kamu ini!! Ya sudah gini saja, kita adakan pertandingan. Kita tanding siapa yang tahan lama orgasme. Kamu masturbasiin tante dan tante juga bakal coliin kamu. Kalau tante yang lebih cepat orgasme, tante bakal nurutin permintaan kalian lesbian sama anak tante, tanpa paksaan dan kalian nyuruh kita ngapain saja bakal kita lakukan. Mau nyuruh kita ciuman, nyuruh tante juga menyusu ke Fara, nyuruh saling jilat memek, apapun kalau kalian menang” kataku sambil tersenyum melirik nakal pada mereka, tampak mereka menelan ludah mendengar omonganku.
“Tapi kalau kamu yang lebih cepat orgasme, kamu dan teman-temanmu harus pulang sekarang juga dan gak boleh main kemari lagi. Gimana? Setuju?” lanjutku lagi.

“Yaaaah… kok gitu sih?” protes mereka.
“Ya ampun…. Mau atau tidak?” tanyaku berusaha tegas. Aku harus berusaha menahan mereka sebisa mungkin. Meski aku tertarik, tapi ini bukan suatu hal yang bisa dilakukan seenaknya dan bisa dilihat oleh mereka dengan mudahnya. Walaupun aku sendiri tahu kalau tawaranku ini saja sudah lumayan gila. Membuat mereka pergi secepatnya dari sini sepertinya hal yang lebih penting saat ini. Kalau tidak, mungkin aku tidak bisa lagi menguasi keadaan. Aku takut semakin larut dengan godaan mesum mereka.

“Hehehe, oke deh tante” setujunya akhirnya.
“Tante serius lho… malah cengengesan gitu…” kataku sedikit sebal tapi tetap berusaha ramah.
“Iya tante…”

“Ya sudah, mau mulai sekarang tandingnya?”
“Oke…” jawab Amir, sepertinya dia sendiri yang akan maju.
“Sini…” kataku tersenyum sambil menepuk ranjang, isyarat agar Amir duduk di sebelahku dan segera memulainya.

Kamipun mulai saling membantu masturbasi satu sama lain. Ku raih penisnya cepat-cepat, aku ingin semua ini cepat berakhir. Amir yang tidak mau kalah juga mulai mengelus bibir vaginaku dan memainkan klirotisku. Dia tampak sangat grogi, begitu juga aku. Duh… Ini salah satu saat-saat paling erotis yang pernah ku alami. Mana pernah aku melakukan hal seperti ini sebelumnya. Mengocok penis pria lain di depan anak gadisku sendiri. Aku betul-betul menunjukkan putriku sesuatu yang tidak pantas dilakukan sebagai seorang ibu.

Di saat bersaman, teman-teman Amir yang lain malah menggerayangi Fara. Sepertinya tubuh Fara lebih sensitif dariku. Dia mudah saja merintih kenikmatan saat dicumbu dan digerepe-gerepe mereka. Tidak butuh waktu lama untuk membuat putriku orgasme. Untung saja aku yang bertanding, bukan Fara. Sebenarnya aku juga sudah sangat terangsang, namun ku coba menahannya sebisa mungkin.

“Ayo Ma… samangat Ma…” kata Fara menyemangatiku, padahal dia sedang digerayangi habis-habisan sekarang. Tubuh mungilnya yang telanjang bulat terombang-ambing dalam pelukan dan rabaan nakal para remaja tanggung itu. Kulitnya yang putih bening sangat kontras dengan kulit mereka yang gelap. Melihat anak kandungku dicabuli oleh mereka seperti itu malah membuatku semakin horni.

“Ngghhh.. ssshhhh” aku mulai mendesah. Bagaimanapun aku tidak tahan untuk mengeluarkan suara rintihan karena ulah tangan nakal Amir. Ku harap itu juga bisa menjadi senjata bagiku agar Amir semakin terangsang.

Setelah beberapa menit saling mengocok, belum tampak tanda-tanda orgasme dari Amir, sedangkan aku semakin kewalahan. Kalau begini terus aku yang bakal kalah. Akupun memutuskan untuk mencoba sesuatu yang mungkin bisa membuat dia lebih terangsang. Aku bangkit sebentar lalu duduk di pangkuan Amir, kemudian ku gesek-gesekkan kelaminku yang sangat becek di batang penisnya. Sungguh nekat dan nakal memang, tapi harus ku lakukan agar semua ini cepat selesai.

Barulah si Amir tampak mulai kesusahan menahan birahinya, meskipun begitu, dia pergunakan kesempatan itu untuk meraba dan meremas buah dadaku dari belakang. Betul-betul cabul nih anak.

“Shhh…. Mir… kamu ini.. jangan curang…” rintihku karena remasan tangannya. Sungguh tidak adil memang karena bagian sensitif wanita lebih banyak ketimbang lelaki. Tapi akhirnya ku biarkan saja. Diapun kini leluasa menggerayangi tubuhku dari belakang selagi penis dan vagina kami bergesekan. Tapi…

“Jleb!!” Penisnya masuk ke vaginaku!! Sangat lancang!!

“Mir!! Kamu apa-apaan sih!! jangan dimasukin gitu dong!!” protesku. Tapi dia tidak mendengarkan, dia menahan pinggulku yang mencoba melepaskan diri darinya. Duh… kenapa begini sih? Ini sih bukan lagi tanding masturbasi. Sepertinya dia yang tidak tahan akhirnya memasukkan penisnya ke vaginaku.

Teman-temannya tentu saja terkejut melihat aku kecolongan Amir. Mereka hanya bisa melongo menatap dengan iri. Tampang mereka itu justru malah membuatku ingin tertawa, meskipun bukan saat yang tepat untuk tertawa saat ini.

“Ihh… Mama ngentot sama Amir…” komentar Fara lugu melihat ibunya ditusuk temannya.
“Ssh… Sayang… bukan…. Temanmu ini yang nakal” kataku membela diri.

“Mama curang, kan Fara duluan yang dipejuin, kok Mama dulu sih yang dientotin… hihihi” komentarnya lagi sambil tertawa. Aku hanya tersenyum mendengar omongan polosnya itu. Ibunya sedang digenjot pria lain yang bukan ayahnya dia malah berkomentar begitu, dasar Fara.

“Udah Mir.. lepasin!!”
“Amir!” Tapi dia tetap saja tidak mendengar, terus saja menggenjotku seenak hatinya karena tenagaku kalah besar darinya untuk bisa melepaskan diri.
“Shhh… ughhh… Miiir…”

“Stop… ssshhh…” Argh… tidak… Aku terangsang berat karena genjotannya. Ku pikir tadi dengan dia menusukkan penisnya di dalam vaginaku setidaknya bisa membuatnya semakin cepat orgasme, tapi justru aku yang semakin kewalahan. Meski ukurannya lebih kecil dari punya suamiku namun kocokannya begitu mantap mengaduk vaginaku.
“Ahhh.. shhh” Tidak… Aku tidak kuasa menahan gelombang orgasmeku yang akan segera datang. Gawat!! Aku akan kalah…

Namun tiba-tiba…

“Brengsek!! Apa yang kalian lakukan??!!!” teriak seseorang. Suamiku pulang!! Dia datang lebih cepat dari yang dia katakan. Diapun mendapati istri dan anak gadisnya sedang dicabuli beramai-ramai oleh para remaja tanggung yang tidak jelas. Istrinya sedang disetubuhi sedangkan anaknya sedang digerayangi. Tentu saja hal ini membuatnya berang.

“Kurang ajar!! Pergi kalian brengsek!!” teriaknya lagi. Terang saja remaja-remaja tanggung ini terkejut bukan main. Amir yang tadinya sedang nikmat-nikmatnya menggenjotku dan hampir membuatku kalah malah sampai orgasme karena saking terkejutnya, diapun menumpahkan spermanya di dalam vaginaku. Aku disiram sperma pria lain di depan suamiku!! Amir sempat melirik sebentar padaku, sambil tersenyum ku gerakkan bibirku berkata tanpa suara padanya, “kamu kalah”

“Cepat pergi brengsek!!!” teriak suamiku lagi. Amir lalu melepaskan diriku, begitupun teman-temannya yang sedang asik mencumbui tubuh telanjang Fara. Mereka langsung kocar-kacir memakai pakaian mereka. Lari pontang-panting ke luar kamar, kabur sesegera mungkin dari rumahku. Di antara mereka ada yang sempat terkena terjangan kaki dan tinjuan suamiku. Kasihan juga sih melihatnya.

“Kamu apa-apaan sih Ma!!?? Apa yang kamu lakukan? Kenapa kalian berdua telanjang bulat begini hah !!??”

“Itu…”
“Itu apa?”
“Itu Pa, teman-teman Fara nakal banget… Gini…”

Akupun menceritakan semuanya pada suamiku. Mulai dari cerita hari kemarin dimana teman-teman Fara yang mandi dan tidur bersama Fara, lalu dipejuin mereka. Bagaimana aku juga disuruh ikut telanjang sampai akhirnya disuruh lesbian.

Awalnya suamiku tampak sangat murka mendengarkan semua ceritaku. Dia pikir aku sudah berlebihan mengekploitasi Fara sampai aku juga ikut-ikutan. Tapi akhirnya dia bisa sedikit tenang. Atau… dia malah horni mendengar ceritaku?

“Terus kamu iyakan omongan mereka Ma?”
“Aku tentu saja gak mau Pa… Aku tidak pernah telanjang di depan pria lain selain kamu, masa disuruh lesbian pula di depan mereka, dengan putri sendiri pula. Tapi mereka terus saja memaksa. Jadinya aku nantangin mereka buat tanding siapa yang duluan orgasme. Kalau mereka menang baru deh boleh lihat kami lesbian. Soalnya kalau gak gitu mereka gak bakal berhenti”

“Terus?”
“Tapi dasar mereka bandel, malah akhirnya nyelip juga di vagina Mama Pa… Untung saja kamu datang. Kalau tidak, mungkin aku bakalan kalah, terus aku dan Fara bakal disuruh lesbian, bahkan paling buruk kita bisa dientotin mereka bergiliran” sambungku lagi. Aku mengatakannya sambil tersenyum dan hampir tertawa. Seakan itu hal yang lucu bila benar-benar terjadi. Entah apa yang dipikirkan suamiku ketika melihatku bercerita seperti itu. Aku sendiri merasa bergairah menceritakan hal ini pada suamiku.

“Tapi… kamu disetubuhi mereka itu…”
“Gak apa kan Pa? gak sengaja kok… lagian daripada Fara yang dientotin teman-temannya, iya kan?” kataku membenarkan tindakanku. Meskipun ku tahu itu bukan sesuatu hal yang benar dari awalnya.

“Tapi kan Ma…”
“Mama janji gak akan berbuat seperti itu lagi. Mereka juga kan kalah, jadi mereka tidak akan kemari lagi, apalagi setelah kamu hajar begitu. Mana berani mereka, bahkan tidak berani lagi mengganggu Fara” ujarku.
“Maaf yah Pa mereka tadi keluarnya di dalam. Habis Papa juga kagetin dia sih jadinya dia keluar di dalam deh... Tapi gak apa, jadinya kan mereka kalah, hihihi” lanjutku lagi.

Akhirnya dia merelakan apa yang terjadi, meskipun aku tahu kepalanya masih terbakar api cemburu dan juga horni yang amat sangat karena mendengar ceritaku barusan. Ya… akhirnya diapun melampiaskannya dengan menyetubuhi Fara. Menggenjot anak kandungnya sendiri dengan buasnya. Aku juga langsung mencuci vaginaku, bakal runyam kalau aku sampai hamil oleh remaja tanggung itu.

Extra story : Fara dan teman-temannya yang nakal – End

Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya ALL EXTRA Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Evy Fredella

0 komentar:

Posting Komentar