Selasa, 18 Oktober 2016

Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya Part 3

“Pa,” panggilku pada suamiku.
“Iya ma?”
“Pakein Fara baju gih sekalian”
“Hah?”

“Iya… Pakein Fara baju. Badan Fara tadi juga belum kering, handukin yang benar dong Pa… gimana sih? Buruan sana” ujarku lagi menegaskan. Aku bersikap sewajar mungkin agar suamiku tidak curiga.

“Tapi Papa pakai baju dulu yah ma…” katanya, tentu saja tidak aku bolehkan. Tadi di kamar mandi aku hanya mendengar suara-suara mereka saja, aku ingin melihat mereka sama-sama telanjang sekarang.
“Nanti saja Pa… pakein baju dulu Faranya”
“Ngmm… Ya sudah kalau begitu Ma”

Dengan masih hanya mengenakan handuk, suamikupun menyusul Fara ke dalam kamarnya. Pintu kamar Fara yang tidak ditutup dengan rapat membuat aku bisa mengintip apa yang mereka lakukan di dalam. Aku memang tidak pernah puas melihat suami dan putriku bersama-sama dalam keadaan mesum begini. Fara masih dalam keadaan telanjang bulat sedangkan ayah kandungnya hanya mengenakan handuk.

“Ngapain Pa?” tanya Fara yang sepertinya heran karena Papanya ikut masuk ke kamarnya.
“Disuruh mama handukin kamu yang benar, terus pakein kamu baju”

“Ih, emangnya Fara masih kecil dipakein baju segala”
“Tau tuh mama kamu” Suamiku lalu menanggalkan handuk yang dikenakannya, sehingga penis tegangnya tampak sekali lagi dihadapan putrinya ini. Akhirnya aku bisa melihat mereka sama-sama bertelanjang bulat.

Handuk yang baru saja menutupi penisnya itu sekarang dia gunakan lagi untuk mengeringkan tubuh putrinya. Rambut, wajah, badan, hingga kaki Fara dihanduki sekali lagi oleh ayah kandungnya. Bahkan suamiku masih saja terus menghanduki putrinya walau tubuh putrinya itu sudah kering. Dapat ku lihat kalau penis suamiku yang sedang tegang sengaja sering-sering digesekkan ke kulit tubuh Fara selama menghanduki anaknya ini.

Suamiku sepertinya sangat menikmati setiap momen menghanduki anak gadisnya. Begitupun dengan Fara, ia tampak sangat menikmati gesekan-gesekan dari handuk itu di kulitnya. Saat handuk itu sampai di bagian selangkangannya, Fara terdengar merintih-rintih kecil. Ayahnya yang mendengar rintihan anak gadis remajanya jadi semakin bersemangat, dia makin cepat menggesek-gesekkan handuk itu di selangkangan putrinya.

Fara sampai memegang tangan ayahnya karena menerima gesekan handuk yang semakin menjadi-jadi diselangkangannya, entah itu isyarat agar jangan berhenti atau isyarat supaya berhenti. Tapi sepertinya itu adalah isyarat agar jangan berhenti karena yang ku lihat berikutnya cukup mengejutkanku, Fara menggoyang-goyangkan pinggulnya!! Sepertinya Fara merasakan birahinya terpancing karena gesekan-gesekan handuk di vaginanya. Dia sudah 14 tahun dan sudah memasuki masa puber, jadi wajar bila insting seksnya sudah muncul dan merasakan nikmat bila kewanitaannya digesek-gesek seperti itu. Tapi yang membuat hal ini tidak wajar adalah karena yang menggesek-gesekkan kelaminnya adalah ayah kandungnya sendiri.

Setelah beberapa lama ku lihat tubuh Fara mengejang dan kelojotan. Ya tuhan!! putri kami orgasme. Itu mungkin orgasme pertamanya. Ayahnya telah membuat anak gadisnya sendiri orgasme. Tapi suamiku bukannya berhenti, dia terus saja menggesek-gesekkan kelamin Fara. Hal itu membuat tubuh Fara kembali kelojotan tidak lama kemudian. Putri kami double klimaks!!

“Enak tidak sayang?”
“Nghh…. Enak Pa… kok bisa… ngh… kok bisa gitu yah?”
“Kamu tadi itu orgasme”
“Orgasme? Hmm… Pa, lap lagi dong… sepertinya masih belum kering nih…” pinta Fara. Tampaknya Fara ketagihan dengan sensasi nikmat yang baru dia kenal ini. Suamikupun menuruti kemauan Fara. Ia handuki lagi tubuh putrinya, atau lebih tepatnya menggesek-gesekkan handuk itu ke sekitaran vagina putrinya. Lagi-lagi tidak butuh waktu lama untuk membuat Fara mendapatkan orgasmenya kembali.

Suamiku tampaknya sudah sangat horni. Dia kemudian bangkit, lalu penis tegangnya kini secara vulgar dia gesekkan ke pantat putrinya. Dia menggerakkan pinggulnya seperti sedang meyetubuhi Fara, betul-betul ayah yang cabul!!

“Nghh… Papa mau keluarin peju Papa lagi ya?” tanya Fara pada ayahnya yang ada di belakangnya.
“Eh, i-i-iya, Papa mau keluarin peju lagi” jawab suamiku tergagap saking bernafsunya.
“Ya udah, keluarin aja Pa… yang banyak” kata Fara memperbolehkan.

“Kamu nungging dong…” Aku terkejut mendengarnya. Apa suamiku akan menyetubuhi putrinya sekarang? Dadaku begitu berdebar-debar.
“Nungging? Papa mau Fara ngapain?”
“Nyelipin burung Papa juga kok, Papa mau coba sambil kamu nungging” jawabnya. Ternyata masih belum, kecewa akunya.
“Oh… Papa pengen ngocok di sana yah Pa? Iya deh, suka-suka Papa aja”

Suamikupun kembali menggesekkan penisnya ke belahan pantat Fara dalam posisi putrinya ini sedang menungging. Setelah beberapa saat dia lalu menggesekkan penisnya di sela paha Fara, tepat di bawah vagina putrinya. Aku bergidik melihat suami dan putri kami telanjang-telanjangan dengan posisi begitu. Kalau ku lihat dari sini mereka seperti sedang bersetubuh dalam posisi doggy. Rambut panjang Fara yang masih lembab tergerai dengan indahnya, sungguh seksi. Apalagi Fara juga mengeluarkan suara desahan di setiap kocokan penis ayahnya di pahanya. Aku yakin lelaki manapun tidak akan tahan melihat kondisi putriku saat ini. Apalagi oleh suamiku yang sedang mupeng-mupengnya menggesekkan penisnya di selangkangan Fara. Goyangan pinggulnya semakin lama semakin kencang. Dia akan segera klimaks!!

Cepat-cepat dia raih handuk tadi, dibentangkannya di sebelahnya, lalu dia tumpahkan spermanya di sana. Sangat banyak. Sepertinya dia tidak ingin mengotori tubuh Fara yang baru saja selesai mandi.

“Udah keluar Pa pejunya?”
“Udah sayang… makasih ya”
“Iya…” jawab Fara sambil tersenyum manis. Ada kebanggan tersendiri sepertinya bagi Fara membahagiakan ayah kandungnya dengan cara seperti ini, dengan cara memberikan tubuhnya sebagai pelampiasan nafsu ayahnya. Fara Fara… kamu seharusnya memberikan lebih dari ini, ujarku dalam hati.

Mendadak timbul niat isengku untuk menganggu mereka. Akupun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.

“Belum selesai Pa handukin Faranya?” tanyaku tiba-tiba. Suamiku menjadi salah tingkah karena terkejut, handuk tadi dia lap-lapkan lagi ke tubuh putrinya seakan belum selesai menghanduki Fara. Dia lupa kalau handuk itu baru saja dia gunakan sebagai wadah penampung spermanya!! Jadilah tubuh Fara terkena lagi cairan peju ayahnya. Suamiku baru sadar setelah bagian depan tubuh anaknya tampak mengkilap.

“Tuh, kok masih basah saja sih badan Faranya?” tanyaku pada Mas Alan pura-pura tidak tahu kalau itu adalah sperma. Fara tampak tidak terlalu peduli kalau tubuhnya terkena sperma ayahnya, tapi suamiku betul-betul terlihat panik. Saat dia mencoba mengelap badan Fara, yang ada peju itu jadi semakin menyebar merata di tubuh putrinya. Yang mana niatnya tadi tidak ingin mengotori tubuh anaknya malah sekarang jadi kotor merata oleh peju. Aku jadi ingin tertawa dibuatnya, tapi ku tahan. Barulah kemudian dia gunakan sisi handuk yang tidak ada ceceran spermanya untuk mengelap badan Fara. Barulah sekarang benar-benar kering, hihihi.

“Sudah selesai Pa?” tanyaku kemudian.
“Su-sudah Ma” Suamiku kini mengenakan handuknya kembali. Aku sedikit kecewa sih. Aku ingin suamiku terus telanjang di hadapan putrinya. Aku ingin Fara melihat penis ayahnya sesering mungkin. Aku ingin Fara tahu kalau Papanya ini selalu ngaceng dan horni bila di dekatnya. Tapi tidak mungkin aku memaksa suamiku terus bertelanjang, dia bisa curiga.

“Ma, mumpung kamu udah di sini. Kamu saja ya yang makein Fara baju” ujar suamiku masih berlagak keberatan, padahal aku tahu kalau dia sebenarnya ingin melakukannya.

“Lho? Kok gitu sih Pa? nanggung… Sayang, celana dalam yang Mama beliin kemarin belum kamu coba kan?” tanyaku pada Fara.
“Belum Ma”
“Suruh Papa kamu pakein gih… sekaligus Mama pengen tahu pendapat Papa kamu bagus apa tidak” kataku pada Fara sambil tersenyum melirik ke suamiku.
“Oce Ma”

Fara kemudian mengambil bungkusan yang berisi dalaman yang ku maksud lalu menyerahkan ke Papanya. Sungguh ganjil, seorang anak gadis baru saja menyerahkan celana dalam ke ayah kandungnya untuk dipakaikan!! Awalnya suamiku tampak ragu menerimanya, namun akhirnya dia tetap memakaikan celana dalam itu pada putrinya. Sebuah pemandangan yang membuat darahku berdesir. Mungkin kalau Fara masih kecil hal seperti ini bukan sesuatu yang aneh, namun tidak jika anak gadisnya ini sudah remaja seperti sekarang.

“Gimana sayang? Bagus kan pilihan Mama? Cocok gak Pa?” tanyaku pada mereka berdua setelah celana dalam bergaris-garis putih biru itu melekat di pinggul Fara.

“Bagus kok Ma, cocok. Iya kan Pa?” tanya Fara juga pada Papanya sambil memutar tubuhnya. Pastinya pria manapun bakal mupeng berat melihat keadaan putri kami sekarang. Seorang gadis remaja SMP dengan tubuh yang sedang ranum-ranumnya hanya memakai celana dalam seksi!! Benar saja, ku lihat handuk yang dikenakan suamiku tidak bisa menyembunyikan kalau penisnya sedang tegang luar biasa saat ini. Kamu pasti nafsu kan Mas pada putrimu? Pengen kamu entotin kan? Senggamai dia suamiku, genjot memek anakmu!! Batinku seakan mencoba mengendalikan pikiran suamiku.

“I-iya bagus. Terus bh sama bajunya?” tanya suamiku tampak tidak tenang, sepertinya dia sudah sangat horni. Teruslah begitu suamiku, sering-seringlah berpikir jorok pada putrimu.
“Kalau Bh gak usah kali Pa, kan cuma di rumah saja. Iya kan sayang?”
“Iya Pa, gak usah” jawab Fara. Aku memang sudah mengajarkan putriku ini kalau tidak perlu memakai bh jika di rumah, apalagi tujuannya kalau bukan untuk memancing nafsu ayahnya.

“Nah… Kalau baju, kamu saja yang pilih Pa…” suruhku pada suamiku.
“Iya, Papa aja yang milihin” kata Fara setuju.

“Papa yang milih?” tanya suamiku tampak terkejut.

“Kenapa Pa? atau kamu mau kalau Fara gak usah pake baju? Pengen Fara cuma pake celana dalam kayak gini saja ya?” godaku.
“Kamu mau sayang tidak usah pakai baju?” tanyaku iseng pada Fara.

“M-masa tidak pakai baju? Kayak gembel saja. Iya iya Papa yang milihiin” kata suamiku akhirnya setuju.

Suamiku lalu memilihkan baju dari dalam lemari. Dia memilihkan model pakaian yang belakangan sering dipakai putri kami, tanktop dan celana pendek ketat. Dulu dia memprotes pakaian anaknya itu, namun kini dia sendiri yang memilihkannya. Dia lalu membantu Fara berpakaian. Ya… walaupun sudah berpakaianpun sebenarnya Fara tetap terlihat cantik dan menggairahkan juga.

“Ayo Fara, bilang apa sama Papa?” tanyaku pada Fara setelah dia selesai dipakaikan baju oleh Papanya.
“Hmm… makasih yah Pa”
“Makasih ngapain? Yang lengkap dong…” suruhku.
“Makasih Pa udah mandiin Fara, ngelap badan Fara, terus makein Fara baju” ujar Fara dengan senyum manis pada Papanya.
“Iya sayang… sama-sama” jawab suamiku.

“Hmm… Ma, kapan-kapan boleh kan Fara mandi sama Papa lagi?” tanya Fara.
“Kamu pengen mandi sama Papa kamu lagi?”
“Iya Ma…”

“Boleh kok sayang. Gak usah kapan-kapan, tiap kamu mau mandi ajak saja Papamu. Papa kamu gak bakal nolak kok mandi telanjang berdua sama gadis cantik kayak kamu. Iya kan Pa?” tanyaku pada suamiku dengan senyuman penuh arti. Suamiku tampak sangat malu, sedangkan putri kami tertawa polos karena dipuji begitu.
“I-iya sayang. Kalau itu mau kamu” jawab suamiku.

“Terus nanti Papa yang handukin sama makein Fara baju lagi kan Ma?” tanya Fara lagi.
“Iya… habis kamu dimandiin, terus dihanduki dan dipej- dipakein baju sama Papa, mau kan Pa?” tanyaku lagi, ups… hampir saja keceplosan nyebut ‘dipejuin’.
“Kalau kamu mau, kamu boleh kok gantian yang makein Papa baju” sambungku lagi.

“Kamu apaan sih Ma…!!”
“Bercanda Pa, hihihi” tawaku, Fara juga tertawa cekikikan.
“Ya sudah… yuk makan malam” ajakku. Acarapun selesai.

Sejak saat itu Fara selalu mandi dengan ayah kandungnya. Tiap akan mandi putri kami akan mengajak Papanya, “Pa… mandi bareng Fara yuk…” Lelaki mana yang akan menolak diajak mandi oleh Fara? Lelaki mana yang tidak akan horni bila mendengar ajakan manja dari seorang gadis cantik untuk mandi bersama? Tak terkecuali ayahnya sendiri.

Setelah mereka selesai mandi aku masih sering melihat suamiku berbuat cabul pada putrinya. Tidak jarang saat menghanduki maupun memakaikan Fara baju, aku melihat suamiku memainkan penisnya ke tubuh putrinya sampai dia muncrat-muncrat. Dia biasanya akan menumpahkan pejunya ke tisu atau handuk. Bila suamiku sedang nafsu-nafsunya barulah dia akan menumpahkan peju kentalnya itu ke langit-langit mulut putrinya maupun ke sekujur tubuh Fara, tidak peduli kalau putrinya ini baru saja mandi. Bahkan sering juga dia tumpahkan ke celana dalam fara, padahal itu celana dalam yang baru saja ku belikan. Ya… Aku juga memang makin sering membelikan putriku pakaian dalam model terbaru yang super seksi dan imut, semua itu dicobakan di depan ayahnya. Dan aku selalu berlagak seakan-akan hanya mengetahui kalau suamiku cuma sekedar memandikan, menghanduki dan memakaikan Fara pakaian.

Pagi itu sebelum Fara pergi ke sekolah, aku melihat mereka akan melakukannya lagi. Suamiku sepertinya menjadi nafsu setelah memakaikan Fara seragam. Fara memang terlihat sangat cantik dengan seragam SMP putih biru itu, ditambah kaos kaki putih yang melekat di kakinya.

“Papa mau keluarin peju lagi ya?” tanya Fara melihat sang ayah mengelus-elus penisnya sendiri.
“Iya sayang… tolong kocokin yah...”
“Iya Pa”

Pemandangan gadis SMP berseragam lengkap sedang mengocok penis pria dewasa seperti ini pastinya membuat semua orang terpana. Terlebih mereka adalah ayah dan anak kandung. Ayahnya duduk di atas tempat tidur, sedangkan anak gadisnya berlutut di lantai. Tidak butuh waktu lama bagi suamiku, pejunya pun muncrat-muncrat dengan banyaknya ke arah putrinya. Sebagian mengenai wajahnya, sebagian lagi mengenai seragam sekolahnya. Rok Fara yang paling banyak terkena ceceran sperma.

“Ih… Pa, kok muncratin pejunya ke seragam Fara sih?” protes Fara. Kalau itu sesudah pulang sekolah seperti yang ku lihat sebelumnya Fara memang tidak akan memprotes, tapi sekarang dia baru akan berangkat sekolah.

“M-maaf sayang… Papa gak tahan” Suamikupun membantu membersihkan wajah dan seragam Fara sebisa mungkin dengan handuk. Lalu menyemprotkan parfum yang banyak ke area seragam yang terkena peju. Tapi aku punya keinginan lain.

“Fara, buruan…. Entar telat” Teriakku dari balik pintu.
“I-iya Ma” sahutnya. “Pa… udah, biarin aja, ntar Fara telat” sambungnya lagi pelan pada Papanya.

Aku tidak ingin ceceran peju itu bersih-bersih amat. Sepertinya Fara terkesan lebih seksi bila pergi ke sekolah dengan sedikit bau peju dan sedikit bekas ceceran peju di seragamnya. Peju ayahnya akan menemani aktifitas belajarnya di sekolah. Aku jadi senyum-senyum sendiri memikirkannya.


~~

Waktu terus berlalu. Sekarang tidak hanya ayahnya yang terus ku coba pancing nafsunya, namun juga putri kami. Aku ingin Fara menjadi sedikit nakal di depan Papanya. Aku bahkan sengaja mendownload film porno lalu ku tunjukkan pada putriku. Fara tentu saja geli awalnya dipertontonkan adegan seperti itu. Tapi aku senang karena ternyata putriku ini cukup antusias. Fara sering bertanya padaku tentang apa-apa yang dilakukan pasangan di dalam film itu.

“Kok burungnya dimasukin ke sana sih Ma?” tanya Fara polos. Dia yang masih belum ngerti tentu saja heran melihat kelamin wanita dimasuki penis.
“Itu namanya ngentot sayang…”
“Ngentot?”
“Iya, ngentot. Terus yang itu namanya bukan burung tapi kontol, dan punya kamu itu namanya memek” jelasku. Aku tidak menyangka akhirnya aku mengajarkan kata-kata sevulgar ini pada putriku sendiri.

“Kontol? memek?” tanya Fara, rasanya sungguh aneh saat dia mengulangi setiap kata-kata yang baru ku ajarkan itu dari mulut mungilnya.
“Hmm… jadi yang waktu itu Papa dan Mama ngentot yah?” tanyanya lagi. Ternyata dia memang pernah melihat aku dan Papanya bersetubuh.

“Iya… Ih, kamu ngintip ya? Dasar nakal, hihihi”
“Hihi, enak yah Ma rasanya ngentot itu?”
“Enak dong… kamu pengen gak dientotin? Mau gak memek kamu dikontolin?”
“Dikontolin? Ih… gak ah, sakit pasti”
“Kok gak mau sih? itu kan tanda cinta”
“Tanda cinta? Kok gitu sih Ma?”

“Iya… Waktu itu kamu lihat kan kontol Mama ditusuk-tusuk kontol Papa? Itu tandanya Papa cinta sama Mama. Terus waktu kamu mandi sama Papa pasti kontol Papa tegang kan? Itu berarti Papa juga cinta sama kamu”
“Oh… Iya yah… dulu Papa kan pernah bilang kalau dia cinta sama Fara. Jadi karena Papa cinta sama Fara makanya kontolnya Papa jadi tegang ya Ma?”
“Iya… tuh kamu pintar” pujiku sambil mengelus rambutnya, dia hanya tersenyum manis.

Dia terus bertanya-tanya selama menonton, seperti “Ih… kok kontolnya dimasukin ke mulut sih Ma? Gak jijik apa?” Atau dia bertanya “Itu cowoknya kok nyusu sih? Emang ada air susunya? Kok pantat ceweknya dimasukin kontol juga sih Ma?” dan berbagai macam pertanyaan polos lainnya. Semua pertanyaan putriku ini ku jawab dengan rinci dan memakai bahasa yang vulgar. Saat ada bagian si cowok nyemprotkan peju ke mulut si cewek, barulah Fara tidak bertanya.

“Kenapa sayang? Kamu udah pernah lihat peju?” pancingku.
“Eh, gak kok ma. Mirip es krim yah Ma peju itu…”
“Iya, mirip es krim yang sering dikasih Papa sama kamu” jawabku. Dasar Fara, dia pikir aku tidak tahu apa, hihihi.

“Mmmh… Kalau cewek juga bisa orgasme kan Ma?”
“Bisa dong… kenapa? Kamu udah pernah orgasme? Kapan?” tanyaku menggodanya, aku tentu saja tahu kalau putriku ini pernah orgasme, orgasme yang didapatkannya pertama kali dari ayahnya sendiri.

“Eh, nggak pernah kok Ma…”
“Beneran?”
“Iyah… sumpah deh”
“Iya-iya Mama percaya… hihihi. Oh ya sayang, kamu jangan kasih tau Papa ya kalau Mama ajarin beginian”

“Hmm? Gak boleh ya Ma?”
“Iya, jangan ya…”
“Oce Ma”

Tidak hanya satu video tentunya yang aku perlihatkan padanya, tapi banyak. Mungkin lebih dari satu jam kami ibu dan anak nonton film porno bersama. Aku sampai horni sendiri, aku penasaran apa Fara juga horni, mungkin saja iya. Fara yang sangat tertarik bahkan meminta dikirimkan ke ponselnya. Aku penasaran apa yang akan terjadi pada anak gadisku setelah menonton semua film-flm porno ini. Aku penasaran apakah dia akan mengajak Papanya bersenggama. Bila iya, apakah suamiku akan menerima ajakan bersetubuh dari putrinya ini? Aku sungguh penasaran.

Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. Suamiku pulang!! Cepat-cepat ku matikan film porno yang masih diputar di laptop.

“Tuh, bukain pintu… Papa pulang” suruhku pada Fara.
“Iya Mah…”
“Ingat ya jangan kasih tau Papa” kataku lagi mengingatkan, Fara mengangguk paham.

Fara pergi ke depan membukakan pintu untuk ayahnya. Aku menyusul tidak lama kemudian. Ternyata suamiku membawa dua orang temannya lagi. Belakangan ini mereka memang jadi sering kemari.

Fara mencium tangan kedua bapak itu. Seakan mencuri kesempatan, ku lihat mereka mengelus rambut Fara, matanya juga kelayapan menelanjangi anak gadisku. Ternyata putriku memang punya daya tarik yang tinggi. Dan sepertinya bapak bapak ini juga punya pikiran jorok pada putriku. Ya… kalau itu cuma sekedar dalam pikiran mereka ya tidak apa, aku tidak bisa berbuat banyak. Pria manapun memang akan horni bila melihat anak gadis remajaku ini. Dan itu memang salahku juga karena mengajarkan Fara cara berpakaian yang seksi seperti sekarang.

“Udah pulang Pa?” tanyaku.
“Iya… ada tamu nih. Tolong buatkan minum dong Ma”
“Iya Pa, bentar”

“Fara, bantuin Mama kamu gih…” suruh suamiku.
“Enggak ah, malas…” jawab Fara enteng lalu duduk di samping Papanya. Dari dapur aku dapat melihat mereka. Seperti biasa, Fara tetap saja nempel pada Papanya meskipun di depan teman-teman ayahnya. Suamikupun tetap berusaha meladeni obrolan teman-temannya meskipun Fara terus bergelayutan manja di pangkuannya. Aku yakin suamiku sedang ngaceng sekarang, bahkan mungkin tidak hanya dia, tapi juga teman-temannya.

“Duh, Faranya manja amat Pak Alan” komentar salah satu teman suamiku, Pak Rudi.
“Iya nih Pak, beruntung banget bapak punya anak gadis secantik Fara” ujar Pak Prabu ikut-ikutan.

“Haha, bisa aja bapak-bapak ini” jawab suamiku. Aku yang baru mengantarkan minum kemudian juga ikut duduk bersama mereka.

“Iya nih bapak-bapak, Fara manja banget sama Papanya. Papanya sih suka ngasih dia es krim” ujarku menimpali. Suamiku tampak sedikit terperanjat mendengar omonganku barusan.

“Oh… Fara suka es krim?”
“Iya om…” jawab Fara.

“Kapan-kapan Om kasih es krim mau?” tawar bapak itu pada Fara. Ku lihat Fara melirik ke ayahnya sambil tersenyum.
“Mau banget Om… Boleh kan Pa? Boleh kan Ma?”
“Iya… boleh kok” jawab suamiku. Aku juga mengangguk boleh sambil tersenyum kecil. Tentu saja yang dimaksud Bapak ini adalah benar-benar es krim. Bukan ‘es krim kental’ yang biasa diberikan Papanya. Aku bergidik membayangkan kalau mereka juga memberikan putriku ‘es krim’ yang seperti diberikan suamiku.

“Sayang, udah sore.. cepat mandi sana. Pa, mandiin Fara nya dulu…” suruhku pada suami dan putri kami.

“Hah? Fara nya masih mandi sama Papanya?” Tentu saja tema-teman suamiku tidak habis pikir mendengar Fara yang sudah sebesar itu masih saja mandi dengan ayahnya. Fara yang sudah jadi gadis remaja cantik, memang sangat ganjil rasanya mandi bertelanjang bulat dengan pria dewasa meskipun itu adalah ayah kandungnya sendiri.

“Iya Pak, mandi telanjang berdua. Apalagi mereka itu kalau mandinya lama banget. Gak tahu deh ngapain aja.. hihihi” ujarku memancing.

“Ih, mamaaaa… Fara gak ngapa-ngapain kok di dalam sama Papa, iya kan Pa?” balas Fara.
“I-iya…” jawab suamiku tergagap.

“Oh…. Gitu? terus waktu Papa kamu makein kamu baju kok juga lama ya?” godaku lagi pura-pura tidak tahu. Aku berusaha menahan tawa melihat ekspresi semua orang di sini, terlebih ekspresi teman-teman suamiku. Aku memang sengaja menanyakan semua hal ini sekarang di hadapan orang lain. Aku ingin tahu bagaimana respon mereka berdua dan respon teman-teman suamiku.

“Pak Alan juga makein Fara baju??” tanya teman suamiku lagi makin terkejut.

“Iya Pak, emang kenapa Pak? Kan putri sendiri. Iya kan Pa?” kataku membantu menjawab.
“I-iya Pak”

Ku lihat wajah mereka semua jadi mupeng karena ceritaku ini. Mereka pasti sudah membayangkan yang tidak-tidak tentang Fara. Memang Fara adalah putri suamiku sendiri, tapi pastinya tidak ada seorang ayah yang masih memandikan dan memakaikan baju anak gadisnya yang sudah sebesar ini. Mereka pasti iri sekali dengan suamiku, mereka mungkin ingin sekali jadi bapak angkatnya Fara biar juga bisa ngerasain mandiin Fara, hihihi.

“Ya sudah Pak, saya permisi mau mandi dulu. Tunggu sebentar yah Pak. Yuk sayang…” ujar suamiku pada teman-temannya lalu mengajak Fara ke kemar mandi.
“Baiklah kalau begitu kami tunggu” balas teman-temannya.

Suami dan putriku lalu masuk ke kamar mandi. Aku sendiri kembali ke dapur karena tidak mungkin menguping apa yang mereka lakukan di dalam saat ini. Namun kali ini mereka mandi lebih cepat, sepertinya mereka tidak melakukan hal yang aneh sekarang karena ada teman-teman suamiku menunggu. Tapi astaga!! Fara tetap seperti biasa bertelanjang bulat sehabis mandi menuju ke kamarnya!! Tentu saja hal itu dapat dilihat oleh teman-teman suamiku. Anak gadisku yang cantik sedang dinikmati ketelanjangannya oleh bapak-bapak ini. Dadaku berdebar kencang. Apa suamiku lupa kalau ada teman-temannya saat ini?? Ada orang lain yang menyaksikan tubuh telanjang putri kami, bukan anggota keluarga!!

“Fara!! kamu kok gak pakai handuk? Papa kamu mana?” tanyaku menyusul Fara sebelum dia masuk ke kamar, entah kenapa aku jadi pengen menunjukkan tubuh putriku pada mereka. Mereka juga sudah melihat tubuh Fara, sekalian saja ku goda. Tapi hanya menunjukkan sebentar saja, tidak lebih.

“Itu Ma, Papa lagi eek. Ya Fara keluar dulu, masak nungguin Papa selesai? bau!!” jawabnya polos.
“Iya, tapi masa kamu keluyuran bugil gini? Lihat tuh om om itu liatin kamu. Ntar mereka jadi cinta lho gara-gara liat susu kamu ini, hihihi” kataku sambil melirik ke arah teman-teman suamiku. Posisi Fara menghadap ke arah mereka, jadi mata mereka dapat dengan leluasa melihat buah dada serta vagina Fara. Mereka tampak mupeng melihat tubuh telanjang putriku ini, apalagi mendengar omonganku barusan.

“Emangnya gak boleh yah Ma om om itu cinta sama Fara? Nanti kontol om om itu tegang yah Ma?” aku tidak menyangka Fara akan mengatakan itu, teman-teman suamiku mungkin mendengarnya!! Aku seharusnya mengajarkan Fara agar tidak mengucapkan kata itu sembarangan, tapi terlambat. Ya sudah lah.

“Bukannya gak boleh sih... tapi mereka kan udah cinta sama istrinya. Masa kamu ambil juga sih? Sudah sana masuk kamar pakai baju, atau Mama suruh om om itu yang makein? Mau? Om… tolong pakein Fara baju dong… hihihi” godaku. Aku yakin bapak-bapak itu semakin mupeng sekarang, mereka mungkin berharap benar-benar dibolehkan memakaikan Fara baju. Aku sebenarnya geli membayangkan bila putriku dipakaikan baju oleh bapak-bapak itu. Tapi tentu saja tidak akan ku lakukan, cuma ayahnya saja yang boleh menyentuh tubuh putriku.

“Gak mau, mau dipakein baju sama Papa!!” rengek Fara. Untung Fara juga hanya ingin sama Papanya.
“Ya sudah tunggu di dalam kamar gih, jangan di luar gini. Malu dilihat sama om-om itu. Iya kan Om?” tanyaku pada bapak-bapak itu.
“I-iya” jawab mereka serentak.

“Ya deh Ma… Fara masuk dulu yah om…” Farapun masuk ke dalam kamarnya.

“Maaf yah Pak… Faranya bandel banget, habis mandi main nyelonong aja telanjang ke kamar”
“Iya Bu gak apa. Tapi Faranya kok udah tahu kontol yah bu Rina?” tanya salah satu mereka. Gawat!! Mereka memang mendengarnya!!

“I-itu Pak… s-saya yang ajarin” kataku mengaku, aku tidak tahu harus berkata apa lagi.
“Oh… bu Rina yang ajarin?”
“Iya, itu agar dia ngerti sedikit saja kok bapak bapak”

“Iya Bu Rina, anak remaja sekarang memang seharusnya diajari yang benar tentang hal begituan biar gak salah jalan” ujar mereka. Fiuh, untung saja mereka menganggap positif omonganku barusan. Tapi ku yakin itu hanya di omongan saja, mereka pasti memang horni dan nafsu pada putri kami. Silahkan saja kalau mereka sekedar ingin menjadikan Fara objek onaninya, tapi cukup sekian pertunjukannya. Tidak ada lagi!! Akupun kembali ke dapur. Aku sempat melihat salah satu dari mereka menyusul Fara dan seperti ingin mengintip Fara, tapi untung saja suamiku sudah selesai dari kamar mandi.

“Mau kemana Pak Rudi?” tanya suamiku.
“Eh, ng-nggak, mau ke kamar mandi”
“Oh, silahkan Pak… sebelah sana” suamikupun masuk ke kamar Fara.

Setelah hari itu, aku rasa ketelanjangan putri kami semakin intens saja. Baik sebelum maupun sesudah mandi, dia sering keluyuran di dalam rumah tanpa busana. Sering pula Fara mengajak ayahnya mandi sambil dia sudah mulai menanggalkan pakaiannya sendiri, padahal dia belum berada di kamar mandi.

“Kamu ini, buka baju itu di dalam kamar mandi, jangan di luar gitu…” protes suamiku jaim.

Pernah juga saat itu Fara kelupaan mengajak Papanya, diapun keluar dari kamar mandi basah-basah telanjang bulat, lalu menyeret Papanya ke dalam kamar mandi. Sungguh pemandangan yang ganjil!! Aku tidak tahu apakah Fara berbuat itu karena kepolosannya, namun dia terlihat seakan menikmati ketelanjangannya itu. Masalahnya tidak ayahnya saja yang melihatnya, tapi juga teman-teman ayahnya.

Saat berangkat sekolahpun dia kini tidak hanya mencium pipi ayahnya, tapi sudah mulai mencium bibir seperti waktu dia TK dulu. Omongannya, bahasa tubuhnya, kini terlihat lebih nakal dan menggemaskan bagi kaum lelaki. Aku tidak tahu apakah ini pengaruh dari video porno yang ku berikan. Tapi yang jelas Fara menjadi seperti ini, itu semua gara-gara aku, ibunya.

Suamiku memang belum menyetubuhi Fara, tapi dia sudah memperlakukan anak gadisnya itu bagaikan ‘mainan seks’. Hasrat seksnya yang dia pendam selama ini karena tidak ku layani, dia lepaskan semuanya pada anak gadisnya. Begitupun halnya dengan Fara, dia semakin hari juga semakin sempurna mengabdikan dirinya sebagai ‘mainan’ sang ayah, baik saat akan tidur, mandi, maupun saat mereka ku tinggal berduaan dimanapun itu. Aku memang ingin membuat kontak mata dan fisik sesering mungkin di antara mereka. Aku ingin hubungan mereka menjadi lebih intim sebagai ayah dan anak. Aku rela aku hanya bermasturbasi sendirian sedangkan suamiku bisa melampiaskan nafsunya ke putrinya.

Sore itu aku mengintip lagi apa yang mereka lakukan setelah mandi sore. Mereka bukannya handukan di kamar mandi namun malah di dalam kamar Fara. Itupun setelah ku lihat suamiku lebih seperti membelai Fara dibanding menghanduki.

“Kenapa Pa? kok berhenti?” tanya Fara melihat Papanya berhenti membelai, padahal tubuhnya masih sangat basah. Tapi aku rasa Fara bertanya seperti iu bukan karena tubuhnya belum kering, namun karena dia ingin terus dibelai sang ayah.

“Papa mau buang peju lagi?” tanya Fara lagi menebak.

“Iya, boleh kan sayang?”
“Boleh kok Pa, boleh banget malah” jawab Fara riang.

Suamiku tersenyum. Dia kemudian bangkit lalu mencium bibir Fara. Ini bukan sekedar ciuman ayah dan anak, tapi sudah ciuman sepasang kekasih karena ternyata mereka berciuman menggunakan lidah!! Tubuh telanjang mereka yang masih basah menempel berhadap-hadapan, menimbulkan suara decakan karena kulit basah mereka yang beradu. Entah siapa yang memulai, mereka kini sama-sama terjatuh ke atas ranjang. Mereka melanjutkan aksi cium-ciuman itu di sana, saling bergumul dan meraba tubuh. Membuat ranjang putrinya itu jadi ikut-ikutan basah. Sungguh pemandangan yang panas dan erotis!! Suamiku terlihat lebih bernafsu menjamah tubuh putrinya dibandingkan menjamah tubuhku, istrinya sendiri. Apalagi mereka melakukan ini seakan tidak peduli kalau aku ada di rumah. Aku cemburu luar biasa. Namun itu justru menimbulkan sensasi tersendiri.

Suamiku tampak begitu bernafsu, mungkin karena dia sudah menahan nafsunya sekian lama. Fara yang dijilati dan diciumi ayahnya malah tertawa geli cekikikan.

“Aw… Pa geli… hihihi” pinta Fara manja sambil ketawa-ketawa. Namun yang ada itu malah membuat suamiku semakin bernafsu.

“Pa… stop dulu.... Pah…” pinta Fara, tapi suamiku tetap saja lanjut.
“Pa.. geli, Ngh.. stop.. dulu” setelah berkali-kali memohon untuk berhenti barulah akhirnya suamiku menghentikan aktifitasnya.

“Ish, Papa nafsuan amat ih… gak tahan banget yah sama Fara? hihi”
“Maaf sayang, Papa gak kuat. Tapi kenapa kok suruh berhenti?” tanya suamiku terengah-engah menahan nafsunya.

“Katanya mau ngeluarin peju, kok malah jilat-jilatin Fara sih?” tanya Fara.
“Itu juga cara biar Papa bisa keluar pejunya…”
“Oh… tapi jangan lama-lama Pa, ntar ketahuan Mamah” Fara lalu bangkit dari pelukan ayahnya, dia lalu menuju lemari dan mengambil sepotong celana dalam.

“Pakein dulu Pa…” kata Fara sambil menyerahkan celana dalam itu.

“Baru lagi ya sayang?” tanya suamiku memperhatikan celana dalam berenda yang ada di genggamannya.
“Iya Pa, bagus kan?”
“Bagus kok”

Suamikupun memakaikan celana dalam itu tanpa mengelap badan anaknya dulu. Setelah celana dalam berenda itu menempel di pinggul Fara, yang ada itu malah membuat nafsu suamiku semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak? tubuh remaja anak gadisnya yang masih sangat basah hanya dibalut celana dalam. Celana dalam itupun menjadi transparan karena basah sehingga memperlihatkan belahan vagina Fara. Dia yang tidak tahan dengan pemandangan ini kembali menerkam tubuh putrinya, menariknya ke ranjang dan menciuminya dengan buas. Tubuh mungil Fara kembali ditindih sang ayah.

“Duh… Pa…. kok diciumi lagi sih?” rengek Fara manja. Tapi kali ini suamiku sepertinya tidak peduli lagi dengan rengekan anaknya. Dia terus saja menjamah tubuh putrinya. Seorang pria dewasa yang telanjang bulat sedang menggerayangi tubuh remaja 14 tahun yang hanya mengenakan celana dalam di atas ranjangnya sendiri, yang mana tubuh mereka masih sama-sama basah. Sungguh erotis bukan?

Setelah beberapa lama, mereka duduk berhadap-hadapan di tepi ranjang. Fara duduk di paha ayahnya. Mereka masih tetap berciuman dengan posisi itu. Mulut mereka seperti tidak ingin lepas, lidah mereka terus saja saling membelit. Mereka juga saling menjilati wajah satu sama lain. Wajah Fara terlhat mengkilap karena dijilat-jilat sang ayah, begitupun wajah suamiku yang dijilat-jilat putriku. Tiba-tiba suamiku sedikit menyingkap celana dalam Fara ke samping sehingga vagina putrinya terbuka, dan astaga!! Suamiku mengarahkan penisnya ke vagina putrinya. Penis tegangnya dia gesek-gesekkan ke belahan vagina Fara. Suamiku seperti sedang berusaha memasukkan kontolnya ke sana.

“Sssh… Pa…” Fara merintih memanggil ayahnya. Dia tidak berusaha melepaskan diri sama sekali meskipun gerakan ayahnya semakin cabul. Malah dia juga ikut-ikutan menggoyangkan pinggulnya seirama gerakan pinggul ayahnya!! Mereka seperti masih menahan-nahan diri agar jangan sampai bersenggama, tapi tubuh mereka jelas menginginkan itu. Setelah beberapa saat, ku lihat wajah Fara mengernyit seperti kesakitan. Mungkinkah? Mungkinkah vaginanya sudah dijejali penis ayahnya? Jantungku semakin berdetak cepat.

“Ngghhh… Pa, sakit… hati-hati dong…”
“Maaf sayang, Papa gak sengaja”

Aku yakin kalau kepala penis suamiku baru saja masuk ke dalam vagina putrinya, tapi sepertinya dikeluarkan lagi olehnya karena mendengar rintihan Fara barusan. Ku lihat dengan seksama kalau penis itu kembali bergesekkan dengan vagina Fara, tapi kemudian terlihat menghilang lagi yang disertai rintihan putrinya, “Pa… Ssshh…” Kemudian ku lihat kelamin mereka bergesekan lagi. Begitu selalu seterusnya.

“Ih… Papa!! Kok gak sengajanya sering amat sih?” tanya Fara. Suamiku tidak menjawab, dia hanya mengajak putrinya berciuman lagi sambil terus melanjutkan aksi menggesek-geseknya. Dia sudah sangat bernafsu.

Setelah beberapa kali gesek-masuk gesek-masuk, ku lihat kepala penis suamiku kembali hilang, namun kali ini tidak keluar lagi. Fara walaupun terlihat sangat kesakitan tapi dia tetap membiarkan penis ayahnya di dalam tubuhnya. Mereka bersetubuh!! Suami dan putriku bersetubuh!! Tubuhku panas dingin menyaksikannya.

Namun…

“Dugh!! Kreekkk…” Aduh…!! Aku yang terlalu semangat dan penasaran membuat tumpuanku goyah. Akupun terjatuh, sehingga pintu tempat aku bersembunyi jadi terdorong terbuka. Terang saja mereka kaget bukan main melihat kedatanganku. Fara ku lihat langsung melepaskan diri dari pangkuan ayahnya lalu membetulkan celana dalamnya.

“Mama??” kata mereka hampir serentak. Duh… rencanaku untuk mengintip mereka bersetubuh diam-diam gagal!! Namun aku berusaha mengontrol diri karena akulah yang punya kendali saat ini. Aku tidak ingin seakan-akan akulah yang tertangkap basah sedang mengintip.

“Ohh… jadi ini ya yang dilakukan ayah dan anak gadisnya tiap selesai mandi?” tanyaku pura-pura seakan baru tahu kelakuan mereka.

“B-bukan Ma… i-ini…” suamiku tampak sangat panik, dia tentunya tidak menyangka benar-benar ketahuan olehku, namun Fara terlihat lebih santai meskipun juga ikut diam. Tampak jelas raut wajah horni mereka berdua yang betul-betul merasa tanggung karena aksi cabul mereka tiba-tiba terhenti.

“Apa? sudah jelas-jelas aku melihat kamu menyetubuhi putrimu sendiri Mas” tuduhku lagi.
“Bu-bukan!!”

“Terus kalau bukan, apa dong namanya?”

Suamiku terdiam, aku yakin dia tidak bisa mengelak setelah tertangkap basah olehku.

“Maaf Ma, a-aku… aku tidak tahan” kata suamiku akhirnya.
“Sudah tidak tahan?”
“Iya… Maaf Ma… Maaf….”

“Baiklah aku maafkan, tapi ada syaratnya”
“Syarat? Apa itu Ma?”

Aku tersenyum sebentar sebelum berkata, “Aku ingin melihat kalian bersetubuh”

“Hah?” suamiku terkejut bukan main.

“Iya, aku ingin melihat kamu ngentot dengan Fara”
“Tapi Ma…”
“Kenapa Pa? Kalian belum selesai kan? lanjutin gih… Sudah terlanjur terjadi juga, jadi cepat selesaikan. Setubuhi Fara”

Suamiku diam sejenak. Dia tampaknya masih tidak percaya dengan apa yang baru ku katakan. Mungkin saja kalau dia tadi memang benar-benar tidak sengaja meskipun dia sudah sangat bernafsu. Entahlah, namun apapun itu aku ingin melihat mereka bersetubuh sekarang.

“Tapi… apa itu tidak apa-apa? dia putriku sendiri, lagian dia masih 14 tahun” ujarnya kemudian masih berusaha meyakinkan diri. Dia masih ragu. Tentu saja, karena Fara adalah putri kami sendiri. Tapi aku yakin nafsu bisa mengalahkan segalanya.

“Sudah Pa… Gak apa-apa Pa… Lanjutin saja. Kamu pasti sudah lama punya khayalan untuk menyetubuhi putrimu ini bukan? Tidak usah pikirkan norma-norma. Bebaskan saja khayalan dan fantasi kamu”

“Sayang, kamu juga mau kan berzinah dengan Papa kamu?” tanyaku kini pada Fara.
“Berzinah? Berzinah itu ngentot yah Ma?” tanya Fara polos. Aku sangat senang tiap mendengar Fara mengulangi kata-kata yang ku ajarkan ini.
“Iya… berzinah itu ngentot, kamu mau kan dizinahi sama ayah kandungmu? Mau kan memek kamu dikontolin sama Papa?” ujarku dengan menggunakan kata-kata ‘liar’ untuk memanaskan suasana.

“Hmm… karena Fara cinta sama Papa, Fara mau deh Ma dizinahi” jawab Fara dengan riangnya, seakan dizinahi ayahnya merupakan bentuk pengabdian pada orangtua.

“Tuh Pa… putrimu sudah bersedia tuh untuk kamu zinahi, entotin gih… hihihi”
“Fara, kocokin dong kontol Papa… bikin ngaceng lagi” suruhku pada Fara. Tanpa perlu disuruh dua kali Farapun mendekat ke arah Papanya. Dia lalu meraih kontol suamiku yang tadi terlanjur menciut.

“Fara kocokin yah Pa…” kata Fara minta izin ke Papanya.
“I-iya sayang…” jawab suamiku tidak menolak. Meskipun dia tadi sempat ragu, tapi memang tubuhnya tidak bisa berbohong untuk mendapatkan kenikmatan dari tubuh putrinya. Fara lalu mulai mengocok, tidak butuh waktu lama untuk membuat kontol ayahnya tegang kembali karena kocokannya. Jemari Fara yang mungil lentik mengocok penis ayahnya dengan telaten. Tapi kalau cuma mengocok saja aku sudah sering melihatnya.

“Hmm… kayakya ada yang kurang, sayang… coba masukin ke mulut kamu”
“Masukin ke mulut Ma?”
“Iya… Kontol Papa kamu masukin ke mulut kamu. Kamu belum pernah coba kan? cobain gih… pasti ayahmu makin cinta sama kamu…” Fara tidak langsung melakukannya, dia menatap dulu sekian lama padaku, lalu menatap ke ayahnya.

“Mau Fara emut Pa kontolnya?” kata Fara yang lagi-lagi meminta izin dahulu pada ayahnya.
“E-emang kamu bisa?” tanya suamiku.
“Bisa kok, Fara udah pernah lihat” jawab Fara sambil melirik padaku. Tentu saja maksudnya itu sudah pernah lihat dari film porno yang ku berikan.

“Ya sudah sayang… silahkan” setuju suamiku yang dibalas senyum manis anaknya.

Aku terpana melihat pemandangan ini. Aku yakin suamiku juga demikian. Anak gadisnya sendiri sedang mengoral penisnya. Fara mengecup ujung kepala penis suamiku beberapa kali, kemudian berusaha memasukkan semua penis itu ke dalam mulut mungilnya.

“Arggghh….” Erang suamiku. Suamiku pasti merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Penisnya sedang dikocok pakai mulut oleh anak gadisnya di hadapan istrinya sendiri!! Cukup lama Fara mengemut penis ayahnya, dia terlihat sangat lihai meskipun ini yang pertama baginya.

“Ugh… berhenti dulu sayang… Papa gak kuat” pinta suamiku setelah beberapa saat, Farapun menghentikan aksinya.

“Kenapa berhenti sih Pa? pejuin aja mulut Fara…” kataku sambil tertawa kecil. Mendengar hal itu Fara juga tertawa dan memasukkan penis itu sekali lagi dalam mulutnya. Tentu saja membuat ayahnya terkejut.

“Dasar Fara, kamu nakal yah ternyata… hihihi, ayo sayang… bikin Papamu enak” suruhku menyemangati Fara. Gerakan kepala Fara terlihat lebih cepat sekarang.
“Nghh… Fara… arggghhh” suamiku kini juga mulai memegang kepala putrinya lalu memaju-mundurkan seperti sedang menyetubuhi mulut anaknya. Sungguh cabul!!

Gerakan pinggul suamiku semakin cepat, hingga akhirnya tubuhnya kelojotan dan memuncrakan pejunya ke dalam mulut Fara. Putri kami terus menutup mulutnya, mengapit penis itu dengan bibir selama peju ayahnya menyemprot memenuhi rongga mulutnya. Dan dia melakukan itu sambil terus tersenyum pada ayahnya.

“Sayang jangan langsung telan” suruhku, Fara sedikit mengangguk.

“Sekarang kasih lihat sama Papa kamu…” suruhku lagi. Farapun membuka mulutnya lebar-lebar dihadapan ayahnya, menunjukkan bagaimana benih-benih ayahnya yang dulu menciptakan dirinya kini malah dia tampung di mulutnya. Karena sperma itu sangat banyak, membuat sperma itu sebagian meluber ke dagu Fara hingga ada yang tercecer ke buah dadanya karena tidak mampu ditampung oleh mulut Fara yang kecil.

“Gimana Pa, suka ya ngelihat Fara seperti ini? Mulut anak gadis sendiri kok dipejuin sih? hihihi” tanyaku pada suamiku. Dia tidak menjawab, tapi aku tahu dia sangat suka. Pemandangan gadis remaja dengan mulut penuh sperma serta sebagian tubuh berceceran sperma seperti ini pastinya sangat menggairahkan bagi para lelaki.
“Oke sayang, sekarang telan peju Papa kamu” suruhku pada Fara, diapun menelan sperma itu perlahan. Semua sperma itu kini perpindah ke dalam lambung putri kami.

Meskipun baru saja keluar, tapi penis suamiku hanya setengah layu. Mungkin birahinya yang masih tinggi membuatnya demikian. Tidak butuh waktu lama untuk penis itu kembali tegang sepenuhnya.

“Pa, Fara…” panggilku pada mereka berdua.
“Ya Ma?” jawab mereka serentak.

“Tunggu apa lagi?” tanyaku sambil tersenyum. Mereka saling pandang, suamiku yang mengerti tanpa menunggu lagi langsung menciumi putri kami. Dia juga memainkan jarinya ke vagina Fara tanpa melepaskan celana dalam putrinya itu terlebih dahulu. Dia kini tidak malu lagi melakukan hal bejat pada putrinya di depan istrinya. Dia ingin segera meraih kenikmatan dari tubuh putrinya.

Suamiku lalu merebahkan Fara ke atas ranjang. Dia lalu melepaskan celana dalam putrinya ini. Fara yang sepertinya juga sudah horni nurut-nurut saja, bahkan dia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Sekarang mereka sama-sama polos kembali.

“Kamu yakin Ma tidak apa?” tanyanya padaku, ujung kepala penisnya sudah menempel di permukaan vagina Fara.
“Jangan tanya aku, tanya Fara dong Pa…”

“Sayang, kamu yakin?”
“Iya Pa, masukin aja…. Zinah… zinahi Fara…” rintih Fara yang tampak tidak tahan untuk ditusuk-tusuk sang ayah. Suamiku yang mendengar persetujuan putrinya tanpa menunggu lagi langsung menghujamkan kontolnya. Penis suamiku kini masuk seutuhnya!!

“Arggghhhhhhh” jerit Fara tertahan. Tampak darah perawannya mengalir pelan. Dia baru saja diperawani oleh ayahnya sendiri.
“Sakit…. Sakit Pah…” rengek Fara merintih. Aku tahu betapa sakitnya hilangnya perawan itu, terlebih bagi Fara karena umurnya masih 14 tahun!! Suamiku lalu mendiamkan penisnya beberapa saat di dalam vagina Fara agar terbiasa.

“Lanjutin Pa…” ujar Fara beberapa saat kemudian, sepertinya tubuhnya sudah terbiasa dengan benda tumpul itu. Suamiku kembali menggerakkan pinggulnya, makin lama semakin kencang. Wajah mereka sama-sama merah padam kerena saking birahinya, terlebih oleh suamiku. Kenyataan bahwa wanita mungil yang sedang digenjotnya saat ini adalah darah dagingnya sendiri pastilah membuatnya semakin bernafsu. Dia hentak-hentakkan penisnya dengan kuat. Fara yang awalnya merintih kesakitan kini telah berubah menjadi rintihan kenikmatan.

“Gimana Pa? enak?” tanyaku pada suamiku. Dia tidak menjawab. Aku juga menanyakan Fara pertanyaan yang sama, dan dia juga tidak dijawab.

“Dasar… kalian ini, asik berzinah ria sampai-sampai Mama dicuekin, hihihi” ujarku. Tapi tidak masalah bagiku. Aku rela tidak tidak dihiraukan demi menyaksikan obsesiku yang jadi kenyataan ini.

“Pa, dia itu putri kandungmu lho…” ujarku lagi menggoda suamiku. Aku ingin membuatnya makin terangsang.
“Enak yah Pa ngentotin anak gadis sendiri?”
“Dia masih empat belas tahun lho…. tapi kayaknya Fara suka tuh dizinahi sama kamu. Entotin terus dia Pa, jangan kasih ampun”

Aku terus menerus mengata-ngatai agar suamiku semakin bertambah birahinya.

“Sayang… Papa mau keluarin peju…” erang suamiku. Tentu saja suamiku merasa ingin cepat keluar. Udah penisnya dijepit vagina remaja yang super rapat, terus mendengar omonganku lagi, siapa yang gak tahan coba pengen cepat-cepat ngecrot?

“Keluarin saja di dalam rahim Fara Pa, bikin putrimu…. Bunting” ujarku.

“Croooottttt” suamiku sepertinya tidak kuasa mendengar kata ‘bunting’. Dia ejakulasi. Tubuhnya mengejang dengan hebatnya. Dia menyemprotkan pejunya ke rahim putrinya. Sangat banyak hingga meluber ke luar dari vagina Fara, turun perlahan membasahi sprei tempat tidur anaknya ini.

“Hihihi, Papa, banyak banget sih pejunya, kamu benar-benar pengen bikin Fara bunting yah?” ujarku menggodanya.
“Sayang, kamu pengen gak dibuntingi sama Papa?” tanyaku pada Fara, dia mengangguk. Aku merinding membayangkan kalau Fara benar-benar sampai hamil oleh ayahnya di usianya yang baru 14 tahun dan masih duduk di bangku SMP ini.

“Terus kalau Fara benar-benar hamil gimana Ma?” tanya Fara.
“Kamu nikah saja sama Papa. Kamu mau kan nikah sama Papa kamu?” jawabku bercanda.
“Mmh… Mau deh” aku tertawa mendengar jawaban polosnya.
“Hihi, emang kamu mau kasih berapa anak ke Papa?” tanyaku.
“Kalau tiga gimana?”
“Boleeeh…”

Kami kemudian sama-sama diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi. Suami telah memperawani putrinya sendiri. Mas Alan juga sepertinya tidak percaya kalau akhirnya dia telah merenggut kewanitaan Fara. Mungkin semua ini sangat melenceng dari norma, tapi sensasi persetubuhan sedarah itu pastinya sungguh sangat luar biasa.

“Pa…” panggil Fara.
“Ya sayang?”
“Lain kali lagi yuk….”

“I-iya… kapanpun kamu mau” jawab suamiku.
“Papa juga, kapanpun Papa pengen entotin Fara, entotin aja Pa” kata Fara sambil tersenyum.

“Mmh… Terus Mama gimana?” tanya Fara padaku.
“Mama gak apa-apa kok sayang… kamu ngentot saja yang baik sama Papa, gak usah pikirin Mama, oke?”

“Benar Ma gak apa-apa?” tanya suamiku juga.
“Iya Pa, kalau kamu nanti mau tidur berdua di kamar Fara juga gak apa kok”

Fara dan suamiku tersenyum, merekapun berciuman lagi. Bercumbuan dan saling menjamah di atas ranjang. Ku lihat penis suamiku tegang lagi.

“Ya, ampun… belum puas yah? Ya udah, kalian lanjutin gih main-mainnya… Mama gak bakal ikut-ikutan sekarang. Nih kunci dulu pintunya” kataku bangkit ke luar kamar. Sebelum menutup pintu aku berkata, “Selamat berzinah ria yah kaliannya…” ayah anak itu hanya senyum-senyum, lalu melanjutkan lagi berciuman, melanjutkan lagi perzinahan mereka.

Aku buru-buru menuju dapur, membuka lemari pendingin dan mengambil terong dan timun. Aku tidak tahan untuk bermasturbasi. Ya… aku rela hanya bisa bermasturbasi, sedangkan suamiku sedang enak-enakan menggenjot putri kandungnya sekarang.


~~

Sejak saat itu, hampir tiap hari aku melihat suami dan anakku bersetubuh. Mereka melakukannya di berbagai tempat. Baik di kamar Fara, di kamar mandi, bahkan di ranjang kamarku tempat aku dan suamiku biasa bersetubuh. Suara erangan dan rintihan nikmat persetubuhan sedarah itu selalu ku dengar. Entah sudah berapa kali mereka bersetubuh. Entah sudah berapa banyak sperma suamiku bersemayam dalam vagina putrinya. Sering suamiku menyetubuhi Fara sampai larut malam. Kadang Fara tidak sekolah karena saking ngantuk esok paginya.

Obsesiku memang sudah kesampaian untuk melihat suamiku menyetubuhi putri kami sendiri. Tapi tenyata selanjutnya aku punya ide yang lebih gila lagi. Aku ingin teman-teman suamiku tahu kalau suamiku telah menyetubuhi Fara. Aku ingin suamiku menyetubuhi Fara di depan teman-temannya, bapak-bapak tetangga kami. Memang sungguh gila, tapi aku tidak kuasa menahan rasa penasaran akan sensasinya. Akupun memberi tahu suamiku tentang ideku ini pagi itu sesudah Fara berangkat sekolah.

“Kamu jangan gila Ma!! Masa aku menyetubuhi Fara di depan orang lain!!?” tentu saja suamiku terkejut mendengar permintaanku. Walaupun begitu, aku dapat melihat dari mata suamiku kalau dia juga terangsang mendengar ideku ini. Tampak ada tonjolan dari balik celananya.

“Mereka selama ini kan juga sudah punya pikiran jorok ke Fara, kamu pasti sudah tahu itu kan Pa?” Ya… melihat Fara bermanja-manjaan dengan Papanya saja itu sudah bisa bikin mereka horni, aku penasaran bila mereka melihat Fara disetubuhi, apalagi oleh Papanya sendiri.

“I-iya… tapi kan….”
“Mereka cuma boleh melihat saja kok… tidak boleh macam-macam sama Fara. Juga mereka harus janji tidak boleh cerita sama orang lain. Lagian kita kan mau pindah rumah Pa… jadi kita gak bakal ketemu mereka lagi” bujukku terus.

“Tapi gimana caranya? Terus kamunya?”
“Ya kamu ngaku saja kalau kamu sudah pernah bersetubuh dengan Fara. Terus mereka pasti tidak percaya tuh, suruh liat saja. Aku bakal keluar rumah hari itu, jadi kalian bebas pengen ngapain aja” jawabku.

“Bukannya kamu pengen lihat kami gituan di depan teman-temanku Ma?”
“Iya”

“Terus?”
“Kan sudah ku bilang kalau aku ingin membiarkan kalian bebas” jawabku. Sebenarnya hanya dengan membayangkannya saja itu sudah cukup bagiku. “Tapi… tolong kamu rekam saja untukku Pa, atau suruh teman-temanmu itu yang merekam” lanjutku lagi.

“Hah!!?” Suamiku tampak makin terkejut saja dengan ideku ini. Tapi aku tahu dadanya sedang berdebar kencang memikirkan hal tersebut sekarang. Bersenggama dengan anak gadisnya di depan orang lain sambil direkam!!

“Terus kalau nanti mereka tidak tahan gimana Ma?”
“Ya kamu jaga dong anakmu… Gimana Pa? Setuju?” tanyaku lagi. Ia lalu berpikir sangat lama, wajar memang karena ide ini sangat gila dan beresiko.
“O-oke deh Ma…” setuju suamiku akhirnya.

Hari minggu, teman-teman suamiku datang lagi ke rumah. Mereka dan suamiku asik ngobrol dengan tetap ada Fara di samping suamiku. Ku dengar mereka sering bertanya-tanya tentang Fara pada suamiku seperti, “Faranya masih sering mandi sama Pak Alan? Masih dipakaikan baju juga?” Tampaknya mereka masih saja penasaran dengan itu. Mereka tentu saja belum tahu kalau akan dikasih liat pemandangan luar biasa, begitupun putriku yang juga tidak tahu akan disetubuhi di depan teman-teman ayahnya.

“Fara, mama pergi ke pasar yah… Kamu gak apa kan Mama tinggal?” kataku pamit pada Fara.
“Gak apa kok Ma” jawabnya. Akupun meninggalkan rumah. Membayangkan anak gadisku menjadi satu-satunya wanita di antara mereka makin membuatku birahi. Selama di pasar dadaku selalu berdebar-debar memikirkan apa yang sedang terjadi di rumahku. Bayangan-bayangan suami dan putri kami bersetubuh di depan bapak-bapak itu terus memenuhi pikiranku. Sampai-sampai aku bermasturbasi di toilet umum karenanya. Aku baru pulang menjelang magrib. Aku tiba bersamaan dengan teman-teman suamiku yang juga baru akan pulang. Kami berpapasan di depan pagar.

“Sudah mau pulang bapak-bapak?” sapaku pada mereka.
“Eh, i-iya Bu Rina… Pamit dulu Bu…” jawab mereka agak tergagap.
“Tumben buru-buru? Ada apa?”
“Gak ada apa-apa kok Bu”
“Oh.. Ya sudah, hati-hati di jalan Pak”

Akupun masuk ke dalam rumah. Aku langsung mencari suami dan anakku. Meskipun suamiku berkata akan merekamnya, tapi aku lebih penasaran mendengar ceritanya langsung. Ternyata mereka ada di dalam kamar Fara, tapi astaga!!! Aku melihat tubuh putriku penuh dengan ceceran sperma!!

“Pa…!!”
“Eh, M-mama” jawab suamiku.
“Kok Faranya penuh peju gini sih Pa!!?”
“Kamu gak apa sayang?” tanyaku pada Fara. Apa anak gadisku baru saja dipejuin ramai-ramai oleh mereka? Kalau benar ini tentu saja di luar dugaanku, atau mungkin mereka juga…. .
“Gak apa kok Ma… Tapi Papa tuh… masa ngentotin Fara di depan om-om itu sih…”

“Ha? Dasar Papa kamu ini” ujarku pura-pura tidak tahu sambil mencubit pinggang suamiku.
“Emang gimana ceritanya sayang?” tanyaku lagi pada Fara sambil mengambil handuk untuk mengelap badan Fara, tapi tidak jadi ku lakukan. Soalnya Fara terlihat lebih seksi dengan badan penuh sperma begini.

“Iya, awalnya Fara dicium-cium sama Papa… Om om itu muji-muji Fara terus Ma. Terus Papa bilang kalau Papa pengen ngentotin Fara di depan om-om itu”
“Terus kamu bolehin?”
“Agak malu sih ma, tapi Fara bolehin juga” jawabnya.

“Terus sayang?”
“Papa suruh Om itu ngerekam Ma…”
“Om itu Mau?”
“Mau kok… terus Papa mulai telanjangi Fara Ma di depan om-om itu, tapi Ma…”
“Tapi apa sayang?”

“Waktu Papa ambil handycam ke kamar, om-om itu yang lanjutin nelanjangi Fara” lanjut putriku. Aku bergidik membayangkan bagaimana putriku ditelanjangi oleh bapak-bapak itu. Seorang gadis belia yang cantik jelita, membiarkan dirinya ditelanjangi oleh pria-pria berumur. Jantungku makin berdetak cepat.
“Kamu ditelanjangi sampai bugil?”
“Iya Ma… Papa sih lama, Om om itu deh yang bantuin”

“Kamu ini gimana sih Pa? kok orang lain sih yang telanjangi Fara?” tanyaku pada suamiku.
“Aku juga gak tahu Ma, waktu aku balik dari kamar, ternyata Fara lagi ditelanjangi mereka” ujar suamiku. Ya sudahlah kalau begitu, menurutku tidak masalah. Toh cuma ditelanjangi, paling digerepe-gerepe 'sedikit'.

“Terus sayang?”
“Mereka mulai merekam Ma, Fara disuruh hisap kontol Papa sambil liat ke kamera yang dipegang om itu Ma… ya Fara ikutin” jawab Fara enteng dengan lugunya. Membayangkan putriku yang cantik telanjang sendirian diantara pria-pria disana, bahkan mengulum penis ayahnya sungguh membuat dadaku berdebar. Aku tidak menyangka hanya mendengar ceritanya saja bisa membuatku sangat horni.

“Terus?”
“Fara dientotin sama Papa Ma di ruang tamu…. Om itu terus aja muji Fara. Eh, Papa bilang silahkan aja kalau mereka mau ngocok. Mereka ngocok deh Ma sambil liat Fara dientotin sama Papa” terang Fara.

“Terus Papa kamu keluarin pejunya dimana sayang?”
“Di dalam Ma… banyak banget”

“Enak ya Pa ngentot di depan orang lain? hihihi” tanyaku pada suamiku, dia hanya tersenyum nyengir.
“Udah? gitu aja?”
“Belum selesai Ma…” kata Fara.
“Belum selesai?”

“Iya Ma, soalnya om-om itu bilang gini Ma… Faranya gak di anal sekalian Pak?” kata Fara berusaha menirukan gaya bicara bapak-bapak itu.
“Anal?” tanyaku terkejut, “Fara nya kamu analin Pa?” tanyaku lagi pada suamiku. Aku tentu saja tidak menyangka kalau Fara bakal dianal.
“Iya Ma, Fara nya mau kok, katanya dia juga penasaran”

“Beneran sayang? Kamu gak dipaksa kan sama Papa? Emang gak sakit?” tanyaku pada Fara.
“Sakit sih Ma… Tapi gak dipaksa kok Ma…”
“Oh…”

“Terus om-om itu pengen Fara pake seragam sekolah Ma…” lanjut Fara.
“Ha? Kamu dianal sambil pake seragam??”
“Awalnya sih iya Ma… tapi lama-lama kancing kemeja Fara mulai dibukain satu-satu, terus cuma pake rok aja, terus Fara bugil lagi” terang Fara. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Sungguh mesum, Fara dicabuli beramai-ramai dengan seragam sekolah SMP nya. Ini melebihi khayalanku, juga khayalan suamiku tentunya.

“Terus sayang?”
“Terus mereka tumpahin pejunya ke seragam Fara Ma, Papa juga. Basah deh seragam Fara kena peju… lihat tuh Ma” kata Fara sambil menunjuk ke sudut ruangan, ada seragam SMP nya Fara yang berlumuran cairan putih kental di sana.

“Udahan? Terus peju di badan kamu ini?”
“Iya… terus kan kami istrihat. Fara mandi sama Papa”
“Mereka gak ikut mandiin kamu kan sayang?”
“Gak Ma, gak boleh sama Papa. Tapi mereka bantu handukin Fara”

“Bantu handukin kamu?”
“Iya… Mereka juga ambil foto-foto Fara sambil handukin. Terus katanya mereka nafsu lagi, mereka bilang pengen ngentotin Fara Ma, mereka pengen genjotin memek Fara…”
“Kamu bolehin!!??”

“Nggak, Fara maunya cuma sama Papa aja”
“Oh…” bagus deh.

“Jadinya mereka ngocok deh Ma sambil pegang-pegang Fara, gak apa kan Ma kalau cuma dipegang-pegang? Habisnya enak sih… hihihi”
“Dasar kamu. Iya gak apa, terus mereka tumpahin ke badan kamu?”
“Iya Ma… mereka tembakin peju mereka ke Fara. Kotor lagi badan Fara Ma, padahal Fara baru mandi” ujar Fara santai sambil membuka lebar tangannya, menunjukkan ceceran sperma yang mulai mengering di sekujur tubuhnya. Memang bukan bau sabun yang tercium dari tubuhnya, tapi bau peju yang pekat.

“Masa kamu biarin aja sih Pa? Kalau Fara nya diperkosa gimana coba?” tanyaku pada suamiku.
“Aku juga gak mau Ma sebenarnya… Waktu itu aku sedang menerima telpon dari bos” jawab suamiku beralasan.
“Jadi kamu cuma bisa ngelihatin anakmu dipejuin orang lain?”
“Mau gimana lagi Ma, tidak mungkin aku menyela omongan Bos” ujar suamiku, tampaknya dia berkata jujur.
“Ya sudah Pa, gimana lagi”

“Tapi itu tandanya om om itu cinta sama Fara kan Ma?” tanya Fara polos.
“Iya… Om itu cinta sama kamu, hati-hati lho ntar kalau istri mereka tahu kamu bakal dimarahi, hihihi” ujarku, Fara nya malah cekikikan sambil meletakkan telunjuk di bibirnya, tanda agar jangan memberi tahu mereka. Sungguh nakal dan menggemaskan tingkah putri kami ini.

“Eh Ma… Tapi kontol om-om itu gede gede lho Ma, apalagi punya Om Rudi. Punya Papa aja kalah Ma… Fara jadi ngebayangin kalau masuk ke memek Fara gimana” kata Fara kemudian. Aku terkejut bukan main mendengarnya, demikian juga suamiku. Fara jadi keterusan!! Ku lihat raut wajah cemburu dari suamiku karena punyanya dibandingkan dengan punya bapak-bapak tetangga oleh putrinya sendiri.

“Dasar kamu nakal, emangnya kamu mau memek kamu dimasuki kontol Om Rudi?” godaku yang sepertinya malah membuat suamiku makin cemburu.
“Mmmh… Yang boleh masuk ke memek Fara cuma punya Papa sih Ma, tapi…”

“Tapi apa?”
“Tapi kalau Papa kasih izin… Fara gak nolak kok” katanya melirik nakal pada ayahnya. Makin terkejut aku dan suamiku mendengarnya. Perkataannya sungguh bikin aku gemas. Polos dan lugu tapi ternyata putriku ini ‘nakal’ juga. Aku kini jadi ikut-ikutan tertarik membayangkan putriku disetubuhi oleh bapak tetangga itu.

“Mama sih terserah Papa aja. Kalau Papa kasih izin Mama setuju aja kamu dimasukin kontol om-om tetangga kita itu” ujarku. Aku ingin tahu bagaimana respon suamiku. Farapun benar-benar meminta izin pada ayahnya.

“Gimana Pa? Boleh gak memek anak Papa dimasukin kontol Om Rudi? Papa rela gak?” tanyanya. Sungguh pertanyaan yang pastinya makin membuat perasaan suamiku tidak karuan. Suamiku tampak lama diam berpikir. Sepertinya dia juga penasaran!! Apa yang akan kau jawab mas? Apa kamu rela putrimu bersetubuh dengan orang lain?

“Papa gak tahu, lihat nanti saja deh” cuma itu yang dikatakan suamiku. Diapun pergi ke kamarnya. Ya sudah, tapi kok Fara nya…

“Sayaaang!!! Kamu kok langsung tiduran gitu sih?” tanyaku pada Fara karena dia seenaknya langsung tiduran di atas ranjang. Padahal ceceran sperma dibadannya masih belum dibersihkan.
“Ngantuk Ma… capeeeek” jawab Fara santai. Aku paham dia pasti capek, tapi kan…
“Iya Mama tahu, tapi bersihkan dulu dong badannya… Lihat tuh jadi kotor gitu spreinya” suruhku lagi, tapi dia tetap tidak menghiraukan. Tetap saja berbaring memeluk guling dengan nyamannya. Dasar Fara… Apa dia tidak risih badannya lengket-lengket begitu?

“Bandel banget sih… Ya sudah kamu tidur dulu bentar, tapi ntar jangan lupa bersih-bersih” kataku mengalah. Akupun membiarkan Fara tertidur dengan badan masih berlumuran peju!! Bisa-bisanya putriku ini tidur dengan nyenyaknya dengan kondisi seperti itu, pemandangan yang sangat ganjil. Aku lalu keluar dari kamarnya yang penuh bau peju ini. Aku memutuskan untuk bermasturbasi sendiri sambil menonton rekaman persetubuhan putri dan suamiku barusan. Soalnya aku sudah horni dari tadi mendengar semua cerita mereka.

~~

Beberapa hari berlalu, tiap sore tetangga teman-teman suamiku ini selalu main ke rumah. Tentu saja aku tahu maksud tujuan kedatangan mereka yang sebenarnya. Namun mereka tidak berani berbuat macam-macam pada Fara karena ada aku di rumah. Paling jauh mereka hanya punya kesempatan meraba Fara sebentar saja.

…..

“Sayang…” panggil suamiku pada Fara hari itu.
“Ya Pa?”
“Papa mau bilang sesuatu sama kamu”
“Hmm? Mau bilang apa Pa?”

“Anu… tentang yang kamu bilang waktu itu”
“Yang waktu itu yang mana sih Pa?”
“Itu… Yang katanya kamu pengen cobain kontol Om Rudi”
“Oh yang itu… Kenapa Pa? Papa pengen Fara ngentot sama Om Rudi? Kapan Pa?”
“…..”
“Gimana Pa? Papa pengen lihat Fara ngentot-ngentotan sama orang lain ya? Papa rela?”

“Tidak!! Papa tidak rela. Papa tidak mau kamu disetubuhi sama orang lain!!” ujar suamiku. Aku tidak menyangka suamiku berkata demikian. Sesaat aku tadi berpikir kalau dia akan merelakan putrinya dientotin teman-temannya. Keraguannya lenyap, dia kini tampak benar-benar yakin kalau Fara cuma miliknya. Ya... Menurutku memang lebih baik begitu, aku dan suamiku bukan germo yang mengobral anak gadis kami sendiri. Aku ingin hanya Papanya saja yang menyetubuhi Fara. Hmm... Apa aku aja ya yang cobain punyanya Pak Rudi? Ups... apa sih yang ku pikirkan.

“Papa cuma mau kamu milik Papa. Cuma Papa yang boleh ngentotin kamu” lanjutnya.
“….”

“Pa…” panggil Fara, dia terlihat tersenyum.
“….Fara juga gak rela kok”

“Sayang…?”
“Iya… Fara juga gak rela kalau dientotin sama selain Papa. Fara juga maunya cuma sama Papa aja. Papa cemburu ya waktu itu? Hihihi, maaf yah Pa…”

“Tentu saja Papa cemburu sayang. Kamu itu milik Papa, masak Papa kasih ke orang” Senyum manis Fara mengembang mendengar perkataan ayahnya ini.
“Makasih Pa… Fara jadi yakin kalau Papa benar-benar cinta sama Fara.... sama kayak Fara cinta sama Papa”
“Jadi… jadi kamu sengaja ya bikin Papa cemburu?”
“Iya Pa, maaf ya… hihihi” ujar Fara sambil memeluk Papanya.
“Dasar kamu memang nakal”

Aku terpana melihat adegan ini. Sungguh manis. Sepertinya cinta suamiku terhadap putrinya jauh lebih besar dibandingkan cintanya padaku, tapi tidak masalah. Ini memang keinginanku. Ini memang obsesiku. Karena memang seharusnya seorang ayah adalah cinta pertama dan cinta sejati bagi anak gadisnya, bukan begitu? Mungkin inilah alasan kenapa ibu dan kakekku dulu bersetubuh. Karena mereka… saling mencintai.

“Pa…” Panggil Fara.
“Ya sayang?’
“Berzinah lagi yuk…” pinta Fara dengan senyum manis.
“Kamu pengen Papa genjotin lagi?”
“Iya Pa… sampai bunting kalau boleh”
“Dasar kamu nakal, boleh kok”

“Boleh kan Ma?” tanya Fara padaku. Aku tersenyum mengangguk. Akupun meninggalkan mereka berduaan. Membiarkan mereka saling membagi cinta mereka.

Kamipun pindah rumah dua minggu kemudian. Untung saja, kalau tidak, mungkin lama-lama Fara benar akan disetubuhi oleh tetangga kami. Putri dan suamiku kini betul-betul menjadi kekasih sejati. Saling mencintai lebih dari sekedar ayah dan anak. Hubungan sedarah mereka tentu saja sangat tabu, tapi cinta dan nafsu mengalahkan segalanya. Dan untuk apa-apa yang akan terjadi selanjutnya, biarlah waktu yang menjawab. Yang penting kami sama-sama mendapatkan kebahagian saat ini. Di luar akulah istri dari suamiku, tapi di dalam rumah Faralah yang selalu melayani ayahnya.

“Sayang…” panggilku pada putriku.
“Ya Ma?”
“Ini Mama baru beliin celana dalam lagi. Suruh Papamu pakein gih” kataku sambil menyerahkan bungkusan plastik berisi beberapa helai pakaian dalam.

“Makasih Ma… Pa, lihat nih… baru lagi lho… Ih, ada empat helai Pa, lucu-lucu” kata Fara menunjukkan bungkusan celana dalam itu pada Papanya.

“Pa… Mandi bareng yuk Pa… Habis itu handukin Fara” ujar Fara manja.
“Iya iya… Terus habis itu?” tanya suamiku.
“Habis itu cobain celana dalam”
“Terus, habis itu?”


“Ngentot sama Papa sampai malam”


^.^ SELESAI ^.^

Obsesi Nakal Seorang Ibu Pada Putrinya Part 3 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Evy Fredella

0 komentar:

Posting Komentar