Jumat, 24 Maret 2017

Kesengsaraan Vita



Nama lengkapnya adalah Vita
Anggraeni. Umurnya 24 tahun, dan
sebagian besar mahasiswa
mengatakan Vita adalah gadis yang
cantik, pintar sekaligus berani.
Rambutnya hitam legam terurai
hingga bahu. Buah dadanya
berukuran sedang dan kenyal hingga
mampu mengacung tegak walaupun
ia tidak mengenakan BH. Perut Vita
rata, pinggulnya bulat, pinggangnya
ramping. Dan sepasang kaki yang
ramping hasil fitness dan olah raga
tampak mempercantik tubuhnya.
Selama perjalanan dari kantor polisi
di kotanya hingga penjara ini Vita
masih dapat melihat jalan-jalan yang
dilaluinya. Penjara ini benar-benar
terpencil, ia sendiri tidak mengetahui
ada penjara di tempat seperti ini.
Dan ketika ia melihat jarak yang
ditempuh ternyata jarak penjara itu
dengan batas kotanya saja sudah lima
puluh kilometer lebih dan penjara itu
terletak di tengah hutan.
Lamunan Vita terputus ketika sebuah
piring seng berisi makanan didorong
masuk ke dalam selnya lewat jeruji.
Ia tiba-tiba tersadar bahwa dirinya
belum makan dalam waktu 24 jam ini,
sejak ia dipindahkan dari kantor
polisi ke penjara ini. Ketika
mengambil piring itu, Vita melihat
makanannya hanya nasi kering dan
sebuah tempe goreng. Tapi karena
perutnya yang tiba-tiba terasa begitu
lapar, Vita langsung menghabiskan
makanan itu dan kemudian ia dengan
terpaksa meminum air di ember tadi
untuk menghilangkan rasa hausnya.
Tengah malam ketika Vita tertidur
ditutupi oleh selembar selimut,
seorang penjaga masuk ke dalam
selnya. Sambil menarik selimut yang
menutupi tubuh Vita, penjaga itu lalu
menarik dan menyeret Vita keluar dari
selnya. Vita berjalan sambil sesekali
didorong-dorong oleh penjaga itu
menyusuri gang demi gang sampai
akhirnya ia sampai di sebuah tanah
lapang yang dikelilingi tembok tinggi.
Di tengah lapangan itu sudah berdiri
lima orang pejaga lain dan seorang
tahanan wanita. Gadis itu tampak
cantik sekali walaupun di
sekelilingnya nyaris gelap, hanya ada
beberapa api unggun yang menerangi
tempat itu. Vita dengan tangan
dilipat ke belakang oleh penjaga yang
pertama tadi didorong terus hingga
ia berdiri dengan jarak hanya
beberapa meter dari gadis tadi.
"Buka baju!" Perintah itu bagaikan
tamparan keras di wajah Vita. Vita
ragu-ragu dan kaget setengah mati
mendengar perintah tadi. Vita
melihat gadis di depannya sudah
membuka kancing bajunya. Sebuah
pukulan mendarat di pundak Vita
membuatnya terdorong maju.
"Gue bilang buka baju!" Masih
termangu tak percaya Vita
melepaskan satu-satunya kancing
yang ada di bajunya dan melepaskan
baju itu hingga dengan sendirinya
terjatuh di kedua kaki Vita. Vita
sudah menyadari apa yang akan
terjadi pada dirinya. Ia akan
diperkosa oleh keenam penjaga itu.
Ia pernah membaca berita tentang
tindakan aparat keamanan yang tidak
senonoh kepada tahanan wanita, tapi
waktu itu ia tidak percaya.
Tapi sekarang Vita sudah berdiri
telanjang ditatap dengan penuh
nafsu oleh para penjaga itu. Vita
sendiri masih perawan, ia dan
pacarnya belum pernah berhubungan
lebih jauh dari sekedar petting, dan
sekarang Vita berdiri gemetar
berusaha menutupi tubuhnya yang
telanjang bulat dengan tangannya.
Gadis di depan Vita juga sudah
telanjang bulat, dan Vita melihat
tubuhnya yang sempurna, jauh lebih
terawat dari pada dirinya. Gadis itu
terlihat lebih tegar dan kuat
daripada Vita, ia berdiri tak bergerak
di tengah para penjaga dan matanya
tidak menyiratkan rasa takut.
Penjaga yang membawa Vita berdiri
di tengah mereka.
"Malam ini kita punya program
latihan buat kamu semua. Kamu
berdua harus melawan satu sama
lain sampai salah satu dari kalian
tidak bisa bangun lagi. Yang menang
boleh balik ke selnya. Yang kalah
musti menghibur kita di sini. Kalau
kalian tidak serius, kalian berdua
akan kena hukuman masing-masing
tiga puluh kali pecutan. Jelas!"
Vita shock sekali mendengar
perkataan itu sambil melihat gadis di
depannya menganggukkan kepala.
Sementara Vita masih berdiri karena
terkejut, gadis di depannya sudah
mendekat dan melayangkan pukulan
ke perut Vita sekuat tenaga. Nafas
Vita terhentak keluar ketika ia
tersungkur jatuh berlutut sambil
memegangi perutnya. Kemudian Vita
melihat kaki gadis itu terangkat dan
mengayun kemudian menghantam
dagunya, membuat kepala Vita
tersentak ke belakang dan tubuh Vita
terjengkang ke belakang, tergeletak di
atas tanah setengah sadar. Vita
mendengar para penjaga bersorak-
sorak ketika ia berguling ke atas
perutnya dan berusaha bangun
dengan susah payah. Vita kemudian
merasakan tubuh gadis itu
menyergapnya dari belakang dan
melingkarkan tangannya ke leher Vita
membuatnya susah bernafas. Dengan
satu usahanya yang terakhir Vita
mendorong tubuh gadis itu agar ia
lepas dari tubuhnya.
Sekarang mereka berdua berdiri
berhadapan satu sama lain. Gadis itu
lalu langsung mendekat lagi sambil
mengayunkan tinjunya, dan kembali
menghajar Vita tepat di dagunya.
Pandangan Vita berkunang-kunang
berusaha keras menjaga
keseimbangannya. Sebuah pukulan
kembali mendarat di perut Vita
membuat ia jatuh terjengkang lagi.
Gadis itu langsung menindihnya dan
terus mengayunkan pukulan ke wajah
Vita sampai Vita hampir tak sadarkan
diri. Vita masih bisa merasakan
penjaga menarik gadis itu dari atas
tubuhnya sementara ia sendiri
terbaring tak berdaya. Setelah itu
gelap.
Vita tidak mengetahui berapa lama ia
tak sadarkan diri. Ia tersadar lagi
setelah penjaga menyiramkan
seember air ke wajahnya membuat
Vita bangun terduduk dan tersedak.
Keenam penjaga itu berdiri
mengelilingi Vita. Gadis tadi sudah
tidak kelihatan. Ketika Vita melihat
wajah penjaga-penjaga itu, ia melihat
wajah yang penuh nafsu dengan
lidah yang menjilati bibir mereka.
Vita tersadar bahwa kekalahannya
tadi hanya merupakan awal dari
mimpi buruknya malam ini.
Dua orang penjaga memegangi
tangan Vita dan menyeretnya kembali
ke bangunan utama. Setengah
dipapah setengah diseret, Vita
dibawa masuk ke kamar mandi pria.
Dengan tubuh penuh keringat dan
lumpur Vita didorong di bawah
shower dan air sedingin es langsung
menyembur membuat Vita berjongkok
sambil menggigil di depan penjaga
tadi. Seorang penjaga memasang
sebuah borgol di tangan Vita dan
mengaitkannya ke sebuah pipa di
tembok. Vita menatap dengan panik
ketika keenam laki-laki itu mulai
melepaskan pakaian mereka. Ketika
mereka telah telanjang bulat, dua
orang penjaga memegangi kaki Vita
dan membuka lebar-lebar. Vita
meronta-ronta tapi tak berdaya.
Penjaga yang lain mulai meremas dan
menarik buah dada Vita sementara
yang satu lagi meraba paha Vita
setelah itu memasukkan jarinya ke
lubang kemaluan Vita. Vita
mengerang dan menangis ketika
tangan-tangan mereka terus meraba
tubuhnya tanpa henti.
Kemudian seorang penjaga berdiri di
hadapan Vita, batang kemaluannya
sudah tegang dan keras ketika ia
tersenyum menyeringai pada Vita.
Sambil meraih pinggul Vita dengan
kedua tangannya, ia mengangkat
tubuh Vita sedikit dari atas lantai
sementara ia sendiri menekuk kakinya
mengarahkan batang kemaluannya ke
belahan kemaluan Vita. Dengan satu
dorongan keras batang kemaluan itu
merobek masuk ke lubang kemaluan
Vita. Tubuh Vita terasa tersobek-
sobek terutama lubang kemaluannya
ketika batang kejantanan itu masuk
ke dalam lubang senggamanya yang
kering dan sempit. Vita menjerit-jerit
keras hanya untuk menerima satu
tamparan di wajahnya yang membuat
Vita hampir tak sadarkan diri. Batang
kemaluan yang bergerak keluar masuk
liang senggama Vita, terasa seperti
besi panas yang membuat nafas Vita
terputus-putus.
Untuk meredam teriakan Vita seorang
penjaga memasukkan segumpal kain
ke dalam mulut Vita. Sekarang yang
keluar dari mulut Vita hanya erangan
tak jelas setiap kali penjaga yang
sedang memperkosanya bergerak
masuk. Setelah beberapa lama, Vita
merasakan tubuh penjaga itu
mengejang dan erangan nikmat
keluar dari mulutnya. Sperma laki-laki
itu menyembur masuk sebanyak-
banyaknya ke dalam lubang kemaluan
Vita. Sambil terengah-engah ia
menarik batang kemaluannya yang
berlumur sperma dan darah perawan
Vita keluar dari tubuh Vita.
Sebelum sempat menarik nafas lagi,
penjaga yang lain yang mengambil
giliran selanjutnya dan dengan kasar
ia juga mendorong batang
kemaluannya masuk ke liang sorgaVita yang meneteskan darah
bercampur sperma. Rasa sakit itu
sekarang sudah berkurang tapi tetap
menyakitkan sementara penjaga tadi
tanpa peduli terus mendorong dan
menarik batang kemaluannya. Vita
memejamkan matanya berharap ia
dapat mengurangi rasa sakit dan
ngilu yang menyerang seluruh
tubuhnya. Penjaga yang lain
mendekat dan kembali meremas dan
menarik buah dada serta puting susu
Vita hingga nyeri. Suara yang dapat
didengar Vita selain erangannya
sendiri hanya suara pinggul penjaga
itu yang menumbuk pantatnya ketika
ia mendorong batang kemaluannya
keluar masuk kemaluan Vita.
Ketika penjaga kedua selesai, Vita
sudah bersiap untuk penjaga yang
ketiga. Tapi dengan mata terbelalak
kaget dan ngeri, Vita merasakan
sepasang tangan membalikkan
tubuhnya kemudian membuka
belahan lubang kemaluannya. Vita
menjerit tapi tak ada suara yang
keluar selain erangan. Vita sempat
merasakan kepala batang kemaluan
penjaga itu menempel di liang
anusnya sebelum seluruh rasa sakit
kembali menyerang sekujur tubuh
Vita. Vita tidak pernah merasakan
rasa nyeri yang tak tertahankan
seperti ini sebelumnya. Penjaga itu
bergerak dengan brutal merobek-
robek liang anus Vita, hingga ia
pingsan kesakitan.
Sesaat kemudian Vita kembali
tersadar dan ia merasa gumpalan
kain yang ada di mulutnya ditarik
keluar. Tetapi setelah itu seorang
penjaga langsung memasukkan
batang kemaluannya ke dalam mulut
Vita sambil menarik kepala Vita
kebelakang. Vita tersedak dan
terbatuk ketika batang kemaluan yang
keras itu memotong aliran udaranya
membuat ia tidak bisa bernafas.
Batang kemaluan di anus Vita masih
terus bergerak keluar masuk dengan
keras sementara mulut Vita juga
dimasukan oleh batang kemaluan
yang lain. Buah dada Vita terus
disakiti oleh tangan keempat penjaga
yang lain. Tubuh Vita bergerak maju
mundur seirama dengan gerakan
batang kemaluan yang keluar masuk
di anus dan mulutnya.
Perkosaan itu berlanjut terus, hingga
keenam penjaga itu mendapat giliran
sedikitnya dua kali memperkosa Vita.
Vita sekarang tergeletak tak bergerak
di lantai kamar mandi, dengan
sperma mengalir keluar dari lubang
kemaluan dan mulutnya. Tubuh Vita
kesakitan seperti baru saja dipukuli
selama berhari-hari. Ia mengerang
lirih ketika dua orang menarik
tangannya berdiri dan melemparkan
baju penjaranya.
Tak berdaya berjalan sendiri, mereka
menyeret tubuh Vita ke selnya dan
melemparkannya masuk ke dalam.
Dari celah kecil di atasnya Vita dapat
melihat sinar matahari pagi mulai
memancar. Ia merangkak menuju
ember berisi air dan dengan sekuat
tenaga berusaha membersihkan
dirinya. Kemudian ia kembali
merangkak menuju matrasnya dan
tersungkur tidur.
Hari-hari selanjutnya merupakan
neraka bagi Vita dan itu terus
berulang. Setiap pagi ia ditarik keluar
dari sel jam lima pagi kemudian
bersama tahanan yang lain mereka
naik ke sebuah truk yang membawa
mereka ke sebuah tanah lapang yang
tandus. Di situ mereka harus
mencangkul tanah lapang itu untuk
diolah menjadi lahan perkebunan.
Ditengah hari mereka diijinkan
beristirahat selama setengah jam.
Dan ketika matahari mulai tenggelam
mereka baru kembali ke penjara.
Dan pada malam hari, di hari-hari
tertentu sekelompok penjaga akan
menyeretnya keluar dan
memperkosanya bergantian hingga
hari menjelang pagi. Dan jika Vita
terlihat kelelahan pada siang harinya
maka komandan penjara akan
mengikat Vita di tengah lapangan dan
memecuti tubuhnya disaksikan oleh
para tahanan yang lain.
Setelah sebulan berlalu, dan ketika
Vita sedang bekerja dengan giat demi
menghindarkan dirinya dari hukuman
komandan, sekelompok tahanan
wanita yang berkuasa di situ
menyeret tubuhnya ke dalam kamar
mandi. Di situ mereka memukuli Vita
karena dianggap mencari muka
dengan bekerja sangat rajin. Mereka
juga menyiksa Vita dengan
memasukkan batang besi dan sebuah
tongkat ke dalam anus dan lubang
kemaluan Vita.
Satu bulan kemudian Vita kembali
diseret keluar dari selnya dan dibawa
mendekati sel tahanan pria. Dua
orang penjaga memegangi tangannya
dan menyeretnya agar masuk ke
dalam sel tahanan yang penuh
dengan tahanan pria.
"Malam ini kamu musti menghibur
mereka!"
"Jangan! Jangaann! Jangan masukkan
saya ke sana!" Vita memohon dan
menjerit minta tolong.
Tahanan pria sudah mulai
berkerumun sambil meraba bagian
bawah tubuhnya. Jeritan Vita tak
didengar sama sekali oleh penjaga
itu yang terus membuka kunci pintu
sel itu dan mendorong tubuh Vita
masuk ke dalam sel yang lebih luas.
Vita berusaha menjauh dari tahanan
pria itu sambil akhirnya terdesak
hingga jeruji sel itu. Sebuah tangan
meraih bahu Vita dan menariknya
hingga terjatuh ke lantai. Tangan-
tangan lain meraih kaki Vita dan
membukanya. Dan ketika Vita
membuka mulutnya untuk menjerit
sebuah batang kemaluan langsung
masuk ke dalam mulutnya sementara
sebuah batang kemaluan lain masuk
ke dalam lubang kemaluannya.
Vita harus dirawat selama tiga hari di
rumah sakit penjara setelah semalam
bersama tahanan pria itu. Tubuh Vita
harus diseret keluar dari sel di pagi
harinya dan Vita hanya merintih,
"Lagi.. lagi.. lagi.. lagi.. lagi.."
Sebelum Vita pingsan malam harinya,
Vita masih bisa mengingat tiga orang
laki-laki yang sekaligus menikmati
tubuhnya dan ia menjerit dengan
sisa-sisa tenaganya dengan batang
kemaluan masuk di dalam mulutnya.
Dan ketika ia sedang terbaring di
rumah sakit, Vita mengingat kembali
pengalamannya di dalam sel pria itu.
Dan ia ingat betapa ia sendiri
mencapai orgasme setelah beberapa
orang memperkosanya. Setelah
beberapa orang lagi ia kembali
mengalami orgasme berkali-kali
hingga ia pingsan kelelahan. Dan ia
sendiri tidak mengerti mengapa itu
semua terjadi pada dirinya.
Suatu hari Vita dan seorang tahanan
lainnya Lia. Lia juga mahasiswi yang
diciduk dari Bandung karena
demonstrasi. Lia baru masuk sekitar
satu bulan yang lalu, dan juga sudah
habis-habisan dikerjai oleh para
penjaga penjara. Vita dan Lia bekerja
di bidang tanah yang lain. Hari itu
amat sangat panas. Vita dengan
segera telah terengah-engah
kehausan. Menjelang tengah hari Vita
mendengar Lia berbisik kepadanya.
"Vita, Vita.." ia memanggil dengan
suara lirih. Vita mengangkat
kepalanya dan melihat mata Lia
membesar.
"Apa?" tanya Vita.
"Lihat! Para penjaganya nggak ada!"
Vita memperhatikan sekelilingnya dan
ia terkejut ternyata Lia benar. Tidak
ada seorang pun penjaga yang
terlihat. Ia memandang kembali pada
Lia dan langsung dapat menebak
pikirannya. Mereka akan berusaha
melarikan diri.
Lia langsung melemparkan cangkulnya
dan berlari masuk ke dalam hutan.
Vita juga langsung menyusul di
belakangnya. Akar-akar yang
bergantungan menghalangi
pandangan Vita, tapi ia masih bisa
melihat Lia yang berlari di depannya,
entah menuju ke mana yang penting
menjauhi neraka di belakang mereka.
Setelah beberapa saat nafas Vita
makin berat dan terputus-putus.
Semakin masuk ke dalam hutan,
semakin sulit berlari dengan cepat.
Sebuah dahan mengayun dan
memukul pipi Vita hingga berdarah.
Makin lama, pakaian yang dikenakan
mereka berdua semakin terkoyak-
koyak karena tersangkut dahan dan
akar. Sekarang mereka hanya
mengenakan serpihan kain yang sama
sekali tidak menutupi tubuh mereka,
Vita dapat melihat bahu Lia yang
tersayat dahan dan memerah
sementara ia terus berlari.
Akhirnya, karena letih dan kehabisan
nafas mereka berdua jatuh
tersungkur di bawah pohon yang
besar. Selama beberapa menit
mereka hanya bisa terengah-engah
menarik nafas sementara keringat
membanjir keluar dari sekujur tubuh
mereka.
Lia berbaring telentang, dan buah
dadanya yang mengacung bergerak
naik turun seirama dengan nafasnya
yang tersengal-sengal.
"Kita berhasil!" kata Lia dengan
senyum penuh kemenangan.
Wajahnya lebih berseri, walaupun
ada darah yang menetes dari dahi
dan pipinya.
"Semoga kamu benar", kata Vita
tenang.
"Kita masih harus keluar dari hutan
ini dan mencari jalan kembali ke
kota. Aku sendiri nggak tau kita ada
di mana. Kamu tau?"
Saat itulah terdengar gonggongan
anjing. Mereka langsung berdiri dan
berlari lagi, mereka berlari tanpa
mengetahui arah mereka. Anjing-
anjing itu terdengar semakin dekat
dan gonggongan mereka terdengar
makin keras. Vita dapat mendengar
suara teriakan penjaga-penjaga di
sela gonggongan ajing itu, dan itu
membuat ia makin ketakutan dan
berlari makin cepat. Hutan itu makin
gelap dan mereka sekarang sama
sekali tidak tahu sedang menuju ke
arah mana. Yang mereka inginkan
hanya melepaskan diri dari regu
pencari di belakang mereka.
Ketika mereka sampai di sebuah
daerah kecil yang terbuka tiba-tiba
saja mereka sudah dihadang oleh
sekelompok penjaga, dan setiap
kelompok memegang rantai yang
mengikat seekor anjing doberman
yang besar dan hitam. Doberman itu
menggonggong dan melonjak-lonjak
berusaha mendekati Vita dan Lia tak
terkendali. Salah seorang dari
penjaga berteriak dan doberman tadi
langsung diam dan duduk di depan
masing-masing kelompok. Lia dan Vita
langsung jatuh berlutut ketakutan.
Usaha mereka untuk melarikan diri
gagal total.
"Betul juga kata komandan!" kata
salah seorang penjaga.
"Yang dua ini pasti berusaha lari!"
"Ya benar, kita semua pasti dapet
hadiah malem nanti!" kata yang lain.
"Iket mereka lalu seret balik ke
penjara."
"Tunggu!" kata penjaga yang tadi
menenangkan doberman.
"Masa anjing-anjing ini nggak dapet
bagian. Mustinya mereka dapet
hadiah, kan mereka yang nemuin
cewek-cewek ini!"
Rasa mual langsung menyerang perut
Vita, karena ia bisa menebak maksud
penjaga itu. Sambil ditertawai oleh
penjaga-penjaga itu, Vita dan Lia
didorong hingga jatuh tersungkur di
atas siku dan lutut, dan kaki-kaki
mereka ditarik membuka lebar-lebar.
Sementara dua penjaga memegangi
tubuh Vita, penjaga yang ketiga
menggiring seekor doberman
mendekati tubuh Vita dari belakang.
Vita dapat merasakan hembusan
nafas ajing itu di pantatnya dan ia
mendengar anjing itu mendengus-
dengus. Tubuh Vita mengejang ketika
lidah anjing itu menjilati lubang
kemaluannya yang mengirimkan
sensasi ke seluruh tubuhnya. Dan
tiba-tiba kaki depan doberman itu
menghujam ke pinggulnya dan
batang kemaluan binatang itu masuk
ke dalam lubang kemaluan Vita.
Dengan perut mual Vita hanya bisa
diam tak bergerak ketika doberman
itu mulai bergerak memperkosanya
dari belakang. Sementara penjaga-
penjaga itu mulai tertawa lagi
melihat adegan di depan mereka.
Perlahan tubuh Vita mulai bereaksi
atas gerakan doberman itu dan
tubuhnya mulai bergerak seirama
dengan gerakan doberman. Lubang
kemaluan Vita perlahan mulai
terangsang ketika gerakan Vita makin
seirama dengan gerakan doberman di
belakangnya. Tubuh Vita mulai
berkeringat lagi dan nafasnya makin
tersengal-sengal. Vita mulai
mengerang sembari menelan ludah
dan pandangannya mulai kabur.
Tubuh Vita mulai menuju orgasme
yang makin lama makin memuncak di
sekujur tubuhnya. Dan ketika
doberman itu melolong, Vita
merasakan sperma anjing memenuhi
lubang kemaluannya dan ia menjerit
dan mengerang nikmat. Doberman itu
lalu mundur dan seekor anjing lain
menggantikan posisinya. Kembali Vita
merasakan sebuah daging panas
masuk ke dalam lubang kemaluannya
dan doberman itu mulai
menyetubuhinya. Dengan tubuh
makin bergejolak mendekati orgasme
Vita masih sempat melihat Lia yang
ada di seberangnya, ia melihat Lia
yang meronta-ronta karena seekor
doberman lain sedang
menyetubuhinya juga.
Vita seperti sedang bermimpi melihat
itu semua, yang nyata baginya
hanyalah orgasme dalam tubuhnya
yang makin mendekati puncak. Dan
ketika doberman kedua
menyemburkan spermanya, Vita
menjerit dihantam gelombang
orgasme yang kedua. Vita tidak tahu
lagi berapa doberman lagi yang
menyetubuhinya, tapi ketika anjing
terakhir selesai, tubuh Vita langsung
tersungkur kelelahan. Dari lubang
kemaluan Vita mengalir sperma
anjing dan di pinggulnya juga
dilumuri oleh sperma mereka. Vita
terus berbaring tak bergerak selama
beberapa menit, terengah-engah dan
gemetar ketika gelombang orgasme
yang tersisa masih mengalir ke
seluruh tubuhnya. Dengan mata
terkejap-kejap ia melihat ke arah Lia,
dengan seekor doberman di depannya
dan batang kemaluan anjing itu di
mulutnya, berusaha mengulum dan
menjilati hingga akhirnya anjing itu
menggeram dan sperma menyembur
ke wajah Lia.
Setelah itu seorang penjaga
mendekat dan menarik kepala Vita
sambil mendekatkan batang
kemaluannya ke mulut Vita. Tanpa
bisa berpikir jernih lagi Vita membuka
mulutnya dan mulai mengulum dan
menjilat batang kemaluan laki-laki
itu. Vita terus mengulum sementara
batang kemaluan lain juga masuk ke
lubang kemaluannya dan mulai
bergerak. Vita sudah tidak menyadari
keadaan sekelilingnya lagi. Semuanya
tampak kabur sampai akhirnya gelap
gulita. Vita mengulum batang
kemaluan yang besar itu dengan
penuh nafsu, lidahnya menjilati
batang kemaluan hingga pangkalnya.
Nafas Vita tersentak ketika sebuah
batang kejantanan lain menghunjam
ke anusnya. Vita sedang dalam posisi
merangkak. Buah dada Vita
mengayun-ayun ketika tubuhnya
mulai bergerak didorong oleh gerakan
batang kemaluan di anusnya. Tubuh
Vita segera berkeringat ketika Vita
dengan sekuat tenaga membuat dua
orang itu mencapai klimaks. Vita
sendiri telah mengalami dua kali
orgasme sepanjang hari itu, dan ia
sadar dirinya masih akan mengalami
orgasme demi orgasme sebelum
akhirnya ia kembali ke penjara lagi.
Sekarang Vita sudah menjadi pelacur
bagi penjara itu. Ia harus melayani
setiap orang yang sanggup dan mau
membayar tubuhnya. Penjara itu
ternyata memiliki kegiatan pelacuran
kelas tinggi. Bisnisman dari manca
negara yang pernah mendengar
tentang penjara itu kebanyakan
mengetahui tentang kegiatan
terselubung itu, tak terkecuali juga
pejabat-pejabat negara kelas tinggi
yang kadang juga menggunakan
tubuh Vita dan tubuh gadis lainnya
yang sudah dipilih sendiri oleh
komandan penjara.
Malam itu Vita harus melayani dua
orang dari Inggris yang sudah
membayar US$ 1.000 kepada
komandan untuk dapat menggunakan
tubuhnya selama delapan jam. Tiga
minggu yang lalu Vita melayani
seorang pejabat dari Brunei. Ia
membayar US$ 2.000 agar ia dapat
memecuti tubuh Vita yang menjerit
dan mohon ampun, selama enam jam
berturut-turut. Vita tidak dapat
bergerak selama enam hari setelah
peristiwa itu.

Kesengsaraan Vita Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Evy Fredella

0 komentar:

Posting Komentar